3 Mitos Vaksin dan Asal Muasalnya

ada beberapa mitos vaksin yang harus diketahui.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 07 Mei 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2017, 10:00 WIB
Bila Anak Anda Terkena Vaksin Palsu
Bila Anak Anda Terkena Vaksin Palsu

Liputan6.com, Jakarta Demi meningkatkan kekebalan tubuh, pemberian vaksin sangat diperlukan. Sejak anak-anak, vaksin menjadi salah satu pencegahan agar anak-anak terlindungi dari berbagai penyakit.

Dalam perjalanannya, vaksin tak lepas dari kabar isu, yang membuat siapapun termasuk orangtua cemas. Sesuai dilansir dari laman Science Magazine, Sabtu (6/5/2017), ada beberapa mitos vaksin yang harus diketahui.

 

Mitos 1

Vaksinasi bisa menyebabkan autisme

Pada 1998, dokter asal Inggris Andrew Wakefield menerbitkan sebuah penelitian di The Lancet yang menunjukkan, vaksin Mumps (campak), Morbili (beguk), dan Rubella (MMR) dapat memicu autisme. Pada tahun-tahun berikutnya, vaksinasi MMR pada anak usia 2 tahun di Inggris turun di bawah 80 persen.

Kebenaran hasil temuan tersebut mulai terungkap pada 2004 setelah wartawan Brian Deer melaporkan konflik kepentingan yang tidak diungkapkan sebelumnya.

Wakefield mengajukan permohonan paten atas vaksin campaknya sendiri dan menerima uang dari seorang pengacara yang berusaha menuntut perusahaan pembuat vaksin MMR.

Akibat, fakta yang terungkap, General Medical Council Inggris secara resmi menarik lisensi medis Wakefield. Adanya berbagai klaim mendorong banyak penelitian. Tidak ada bukti yang menemukan MMR menyebabkan autisme.

Pada tahun 2014, sebuah makalah di Journal of American Medical Association melaporkan, tidak ada perbedaan dalam tingkat autisme antara ribuan anak yang divaksinasi dan yang tidak divaksinasi.

 

Mitos 2

Merkuri di dalam vaksin bertindak sebagai neurotoksin (racun yang menyerang sistem saraf)

Pada 2005, majalah Rolling Stone and Salon menerbitkan cerita dari pengacara lingkungan Robert F. Kennedy Jr. (keponakan mantan Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy).

Cerita yang beredar berupa adanya konspirasi pemerintah untuk menutupi bukti, thimerosa--bahan pengawet yang mengandung merkuri pernah digunakan dalam vaksin. Efek yang terjadi bisa menyebabkan masalah otak, termasuk autisme.

Faktanya, Kennedy telah salah menyatakan kadar merkuri. Pada 2011, Salon mencabut dan menghapus cerita yang beredar tersebut.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Atlanta dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tidak ada bukti, thimerosal pada vaksin menyebabkan masalah kesehatan pada anak-anak.

 

Mitos 3

Inline image 1Vaksin membuat anak-anak rentan terhadap penyakit

Menyoal vaksin, ada jadwal vaksinasi terkini dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Vaksin yang melindungi anak-anak dari 14 penyakit sebelum usia 2 tahun ini disebut bisa mengganggu awal kehidupan anak.

Pendapat lain, vaksin membuat anak-anak rentan terhadap sejumlah gangguan kesehatan, termasuk tertundanya perkembangan neurologis (saraf otak) dan diabetes.

Para ahli menolak klaim tersebut. Vaksin justru disebut akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya