Ramadan Saat yang Tepat Berhenti Merokok

Bulan Ramadan menjadi waktu terbaik untuk setop merokok. Ini alasannya.

oleh Melly Febrida diperbarui 29 Mei 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2017, 10:00 WIB
Berhenti Merokok
Ilustrasi Foto Stop atau Berhenti Merokok (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Berhenti merokok itu suatu hal yang berat bagi perokok aktif. Sebenarnya setiap hari adalah waktu yang tepat untuk berhenti merokok. Namun, bulan Ramadan menjadi waktu terbaik untuk setop merokok.

Apa alasannya? Karena puasa memiliki dampak besar pada tubuh dan jiwa sehingga dapat menahan diri dari penyakit dan kecanduan. Berdasarkan berbagai survei, ditemukan hampir 70 persen perokok ingin berhenti merokok meskipun sebagian besar perokok tetap tidak dapat melakukannya akibat kecanduan nikotin.

Prediktor yang paling penting untuk berhenti merokok adalah melakukan upaya tulus untuk berhenti merokok. Menurut ahli kesehatan, berhentinya merokok itu bergantung pada kemauan seseorang. Ini dapat dilakukan dengan lebih baik di bulan Ramadan.

Studi menunjukkan, 87 persen kanker paru-paru fatal disebabkan oleh merokok dan orang-orang yang merokok berkesempatan menderita kanker paru-paru 22 kali lebih banyak dibanding non-perokok.

Kepala Pengobatan Masyarakat di CMH Lahore Medical College Profesor Dr Muhammad Ashraf Chaudhry mengatakan, hanya 20 menit setelah berhenti merokok, detak jantung Anda turun, 12 jam setelah berhenti merokok, kadar karbon monoksida (gas beracun) dalam darah Anda turun normal. Dua minggu sampai tiga bulan setelah berhenti merokok, risiko serangan jantung Anda mulai turun dan fungsi paru-paru Anda mulai membaik.

Satu sampai sembilan bulan setelah berhenti, batuk dan sesak napas berkurang. Satu tahun setelah berhenti merokok, risiko penyakit jantung koroner Anda adalah setengah dari perokok. Lima sampai 15 tahun setelah berhenti merokok, risiko stroke Anda dikurangi menjadi non-perokok. Sepuluh tahun setelah berhenti merokok, tingkat kematian akibat kanker paru-paru Anda sekitar setengah dari perokok.

Dr Ashraf juga menjelaskan, risiko kanker mulut, tenggorokan, kerongkongan, kandung kemih, ginjal dan pankreas berkurang. Lima belas tahun setelah berhenti merokok, risiko penyakit jantung koroner kembali terjadi pada orang yang bukan perokok.

"Setelah berhenti merokok, hindari kambuh," katanya seperti dilansir The News, Senin (29/5/2017).

Sebagian besar individu yang berusaha berhenti merokok bisa kambuh dalam tiga bulan pertama. Hindari situasi di mana Anda terbiasa merokok. Minum banyak air dan jus, dan hindari situasi yang membosankan. Tetap sibuk, aktif dan berjalan atau olahraga teratur. Cobalah lebih banyak tidur. Ambil napas dalam-dalam saat keinginan merokok semakin kuat.

"Lakukan sesuatu untuk mengurangi stres Anda. Mandi, baca buku atau latihan," kata Dr Ashraf.

Dia mengatakan, seseorang harus belajar apa yang memicu keinginan untuk merokok. Misalnya rutinitas pagi, kopi, teh, di akhir makan, tiba di tempat kerja, duduk di dalam mobil, memasuki restoran, teman teman perokok, emosi seperti stres. "Kegelisahan, kebosanan, dan orang harus menghindari pemicu ini," kata dia.

Dr Ashraf mengatakan semua bentuk tembakau apakah itu rokok, pipa, cerutu, gelembung Hubble ('huqqa' atau 'sheesha'), tembakau tanpa asap ('beedis', 'niswar'), dan rokok tar ringan atau rendah tetap berbahaya.

"Tidak ada jumlah penggunaan tembakau yang aman dan satu-satunya hal yang sangat membantu seseorang untuk menghindari masalah yang berhubungan dengan merokok adalah tetap bebas merokok," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya