Liputan6.com, Jakarta Anda tentu kenal dengan gambar yang terdapat di kaleng biskuit merek Khong Ghuan. Apalagi jelang Hari Raya Lebaran, kaleng biskuit ini beredar di banyak toko dan pasar. Namun, mungkin Anda belum kenal siapa sosok pelukis atau pembuat gambar yang terdapat di kaleng tersebut.
Seperti dikutip dari AntaraNews, sosok bernama Bernardus Prasodjo (69) ini saat ini sedang sibuk menyebarkan teknik dan cara penyembuhan prana ke seluruh Indonesia. "Penyembuhan tanpa obat, tanpa menyentuh. Tidak tergantung pada ajaran agama tertentu, mistik, atau ritual tertentu. Lebih bersifat alamiah,"ujar ayahanda Dr. Andreas Prasadja.
Advertisement
Sayang, sudah lima tahun pria ini tidak (menggambar). Sesuai pengakuannya, Bernardus Prasodjo kengan untuk kembalimelukis. "Cat nya sudah pada kering. Kalaupun mau memulai harus membeli semuanya yang baru. Ada juga (keinginan kembali ke dunia menggambar) tetapi waktunya, sekarang ini,"ujar Bernardus.
Bernardus rupanya suka melukis sejak duduk bangku Taman Kanak-kanak. Bahkan hingga suatu ketika orangtuanya marah-marah, Baru dibelikan buku gambar, sudah penuh. Ini karena apa saja digambar. Seperti kalau sekarang pemandangan bisa pakai kamera. "Kalau dulu, mau pemandangan itu kami lukis. Saya lebih senang yang langsung. Kepuasannya beda. Walaupun sekarang saya masih suka membuat iklan-iklan sendiri untuk kegiatan kami. Menggunakan Photoshop lebih gampang,"ujar Bernardus.
Kuliah pun masuknya tidak sengaja. Karena mendaftarnya di ITB, mesti ada dua pilihan. Pilihan pertama, arsitek. Pilihan kedua, seni lukis. Yang diterima di seni lukis, jadi ya sudah dijalani. Bagi Bernardus, objek gambar yang paling disukai antara lain kuda, stream line, angsa.
Rupanya gairah melukis Bernardus tidak datang dengan sendirinya. Orangtuanya pelukis. Bahkan mertuanya juga. Hingga kini, banyak sekali karya yang dibuatnya. Dulu, Bernardus senang sekali melukis bintang-bintang film. "Zaman dulu kan bintang film barat. Yang pertama itu justru laki-laki, Paul McKenzie. Saya senang lagu-lagunya. Saya gambar begitu saja, diminta orang saya kasih. Bikin lagi,"ujarnya.
Perjalanan menjadi pelukis profesional dijalaninya sambil kuliah. Waktu itu Bernardus kos di Jalan Lengkong Kecil Bandung. Sebelah kos ada percetakan tempat redaksi majalah Aktuil. Majalah musik yang sangat terkenal di Bandung. "Kami suka main ke situ, bantu-bantu buat ilustrasi. Keterusan. Lama-lama kuliahnya ketinggalan,"ujar Bernardus.
Lalu, ada orang pesan untuk membuat komik. Hingga fokus di situ. Dan kuliahnya ketinggalan. Diomelin orangtua juga. Menggambar komik dimulainya di Aktuil, lalu berseri. Cerita sudah ada, tinggal mengikuti deadline lalu digambar. Tidak seluruhnya jadi. Minggu ini harus setor ini, minggu depan setor yang lain.
Dulu, ketika menggambar harus menggunakan pena (1968). Kalau sekarang pakai Boxy. "Saya lebih suka pakai pena karena kita bisa menarik garis itu kalau mau tebal ditekan. Kalau mau tipis agak dilebarkan. Sekarang pakai Boxy kan tebalnya sama semua, jadi kaku,"ujar Bernardus .
Konsisten dengan pena. Banyak perusahaan yang produknya perlu digambar, lama-lama kami pakai cat air. Dulu, ke supermarket dan itu membuatnya bangga sekali. Hampir semua etiket-etiket yang laku itu, dibuat oleh Bernardus. Tetapi, makin ke sini, makin sedikit. Sekarang yang masih ada tinggal Khong Ghuan, Monde sama Nissin wafer. Karena pemiliknya sama. Buat apa apa diganti-ganti (gambarnya), itu saja sudah laku. (Lia Wanadriani Santosa/ AntaraNews)