Liputan6.com, Jakarta Kisah Issei Sagawa, 68, yang dikenal sebagai selebritas kanibal asal Jepang termasuk satu di antara kisah orang yang makan daging manusia (kanibalisme). Kanibalisme juga marak terjadi di berbagai negara.
Baca Juga
Advertisement
Anda mungkin bergidik membayangkan proses kanibalisme. Namun, dalam catatan sejarah, manusia saling makan daging sesamanya. Entah itu bagian dari perang untuk mendapatkan kekuatan musuh, atau alat menakut-nakuti lawan.
Alasan kanibalisme tersebut dinilai normatif, yang berarti sebagai simbolis, sesuatu yang istimewa, dan ajaib.
"Simbolisme itu penting. Ini membedakan antara manusia dan bukan manusia. Alasan baik memakan orang, seperti menyerap energi musuh (di zaman itu). Sementara itu, alasan buruknya, Anda akan dianggap monster yang mengerikan," papar Antropolog Jon Marks dari University of North Carolina-Charlotte, Amerika Serikat, dikutip dari The Daily Beast, Jumat (3/11/2017).
Â
Simak video menarik berikut ini:
Punya kepribadian psikopat
Orang yang kanibal mungkin berwajah biasa layaknya manusia normal lainnya. Di balik wajah tersebut, mereka sebenarnya memiliki kepribadian psikopat. Mereka bisa makan daging korbannya dengan nikmat. Rasa memuaskan juga terwujud.
Beberapa kanibal juga menderita psikotik--gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misal halusinasi. Pada kasus Richard Trenton Chase, yang seorang pembunuh berantai, ia minum darah korbannya.
Richard percaya alien bisa mengubah darahnya menjadi bubuk. Richard ternyata penderita skizofrenia paranoid.
Sementara itu, kebanyakan kanibal tidak psikotik. Mereka sangat tahu apa yang dilakukan. Kanibal juga kesepian dalam hidup. Pelampiasan pun dengan memakan daging sesamanya.
Advertisement
Fantasi seksual
Sebelum membunuh dan memakan korban, kanibal membayangkan fantasi seksual. Bahwa memotong daging secara seksual itu sangat menarik. Bayangan daging yang dipotong-potong dari tubuh korban membuat diri mereka orgasme.
Kanibal sangat menikmati proses memotong atau menguliti daging manusia. Ini juga membuat mereka merasa sangat kuat dan mampu melakukan sesuatu terbilang jarang dilakukan manusia lainnya.
Adanya fantasi seksual menghasilkan euforia, yang mengaktifkan pusat kesenangan di otak. Tiap potongan daging manusia membuat perasaan manusia kanibal menjadi lebih baik.
Korban menjadi 'miliknya'
Bagi kanibal yang terisolasi dan kesepian. Memakan daging manusia adalah cara mengisi kekosongan dalam hidup. Membunuh dan memakan korban sebagai bukti, kanibal tidak pernah sendirian lagi.
Mereka beranggapan, korban adalah 'miliknya' dan bisa bersamanya tiap saat. Ini membantu kanibal mempertahankan rasa kontrol atas hidupnya. Korban pun menjadi bagian dari diri kanibal, dilansir dari Psychology Today.
Untuk melihat seseorang yang akan berubah menjadi kanibal sangat sulit. Kemungkinan tanda-tanda di masa remaja, seperti membunuh hewan kecil dan minum darah. Namun, kanibal biasanya berusaha keras untuk menyembunyikan perilaku ini.
Orang dengan kecenderungan psikopat yang tertarik pada darah dan kematian selalu menjadi perhatian. Mereka lebih suka meluangkan waktu untuk memusatkan perhatian pada darah dan pembunuhan lainnya.
Advertisement