Penderitaan Pasien Kanker Payudara Tertipu Pengobatan Herbal

Simak perjuangan wanita paruh baya mencoba empat pengobatan herbal dan jaket anti kanker.

oleh Umi Septia diperbarui 14 Nov 2017, 07:30 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2017, 07:30 WIB
Payudara
Seorang pasien memeriksa payudaranya dengan mammogram di pusat regional kanker di institut Paoli-Calmette, (9/10). Mammogram adalah proses pemeriksaan payudara manusia menggunakan sinar-X dosis rendah. (AFP Photo/Anne Christine Poujoulat)

Liputan6.com, Jakarta Koordinator penyintas Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), Dr Santi Gultom, membagikan kisah yang dialami oleh salah satu pasien kanker payudara.

Wanita berinisial B tersebut harus rela mengalami metastase ke paru-paru, tulang, dan payudara akibat memilih pengobatan herbal dan jaket anti kanker.

"Nyonya B pertama kali merasakan benjolan pada payudara kirinya. Saat itu, besar benjolan kira-kira sebesar kacang tanah," ujar dr. Santi dalam acara seminar bertema Cerdas Menyikapi Herbal Untuk Terapi Kanker pada Senin (13/11/2017) di Gedung BPOM, Jakarta Pusat.

Dr. Santi mengatakan, nyonya B mengalami hal itu pada 2014. Pada saat itu, dia memeriksakan diri ke dokter dan menjalani pemeriksaan mammografi. Dari pemeriksaan tersebut, dokter mengatakan dia terkena kanker payudara.

"Saat itu usianya sudah 55 tahun, meski sudah paruh baya, dia takut saat disuruh menjalani operasi masektomi. Akhirnya dia nanya pendapat kesana kemari dan memutuskan untuk terapi herbal," lanjut dia.

 

Saksikan video menarik berikut :

 

Empat jenis herbal

Seminar edukasi peduli penggunaan obat herbal yang aman dan rasional
Seminar edukasi peduli penggunaan obat herbal yang aman dan rasional. Foto : Umi Septia

Pertama kali, nyonya B tergiur iklan herbal penyembuh payudara tanpa operasi dan kemoterapi. Herbal yang dipilih berbentuk jamu godog. Dia mengonsumsi herbal tersebut selama enam bulan.

"Merasa tidak ada perubahan, dia beralih ke herbal selanjutnya. Herbal yang dibeli di rawamangun. Kali ini jamu bubuk instan yang dicampur dengan air panas. Dia minum ini selama tiga bulan," kata dr. Santi.

Sayangnya, setelah sembilan bulan mencoba dua jenis herbal, nyonya B belum mengalami perubahan positif pada payudaranya. Meski dua kali gagal, hal ini belum membuatnya jera dan terus mencari pengobatan herbal lainnya.

"Setelah dua kali gagal, nyonya B mencoba terapi holistik di Purwakarta. Kali ini, nyonya B harus tinggal di sana dan menjalani pola makan dan pemberian suplemen sesuai aturan di tempat tersebut," lanjut dia.

Setelah empat bulan menjalani pengobatan dan tidak membuahkan hasil, nyonya B memutuskan untuk mengonsumsi herbal pemberian teman dan saudaranya. "Terakhir ramuan dari Yogya, ramuan kunyit putih, sarang semut, buah merah, temu mangga, benalu teh dan benalu jambu air," kata dr. Santi.

Menyerah dengan herbal, beralih ke jaket

Setelah merasa lelah dengan pengobatan herbal yang tidak memberikan kemajuan apapun, nyonya B justru kembali teriming-iming dengan iklan jaket anti kanker.

"Saat itu, nyonya B mencoba jaket anti kanker yang mengklaim bisa obati kanker payudara tanpa operasi. Dia check up dan scan di tempat praktek DR Warsito hingga tahun ketiga. Saat itu, dinyatakan bersih dari sel kanker," kata dr. Santi.

Selama dua tahun, wanita tersebut tidak merasakan sakit yang berarti. Namun, dia mengalami perubahan pada bentuk puting susu dan payudaranya.

"Puting susunya malah jadi tertarik ke dalam. Tak hanya itu, ukuran payudara kirinya juga semakin mengecil. Dia berpikir itu bukan masalah, padahal itu pertanda bahwa penyakitnya memburuk," lanjut dr. Santi.

Metastase paru-paru, tulang dan kanker baru

Pada pertengahan tahun 2016, secara tiba-tiba wanita paruh baya tersebut mengeluh kesulitan bernapas. Tak hanya itu, dia juga mengaku tidak memiliki tenaga untuk beraktifitas sehari-hari di rumah.

"Akibat kondisi tersebut, dia memutuskan memeriksakan diri ke dokter. Betapa terkejutnya dia saat dokter mengatakan bahwa paru-parunya terendam air sebanyak 1300cc," kata dokter yang praktek di kawasan Jakarta Utara ini.

Sebulan kemudian, kondisi tersebut terulang kembali. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dia mengalami metastase ke paru-paru. Metastase sendiri merupakan penyebaran kanker dari suatu organ tubuh ke organ lainnya.

"Akibat kondisi tersebut, dia memutuskan untuk berhenti melakukan pengobatan dengan jaket anti kanker dan memilih fokus berobat ke dokter onkologi," lanjut dia.

Saat ini, kondisi nyonya B tak hanya mengalami metastase paru-paru, tapi juga pada tulang dan timbul kanker baru pada payudara kanannya.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya