Liputan6.com, Jakarta Sekelompok periset Eropa menggunakan terapi sel punca atau stem cell untuk menumbuhkan kulit pengganti bagi anak laki-laki berusia tujuh tahun.
Sejak lahir, pasien tersebut menderita lesi kulit dan lecet akibat kondisi genetik serius dan fatal yang disebut junctional epidermolysis bullosa (JEB).
Baca Juga
Menurut sebuah artikel yang diterbitkan pada Rabu di jurnal Nature, pada tahun 2015, saat berusia tujuh tahun, kulit anak laki-laki itu menipis menjadi sekitar 40 persen. Dia koma di Rumah Sakit Anak di Bochum, Jerman. Sampai tim pengasuhnya menghubungi Dr. Michele De Luca, dari Center for Regenerative Medicine di Universitas Modena, Italia.
Advertisement
De Luca memutuskan untuk mencoba strategi radikal yang sebagian besar belum teruji: transplantasi kulit menggunakan sel punca yang dimodifikasi secara genetik. Itu berisiko, tapi itu satu-satunya pilihan.
Â
Â
Simak video menarik berikut ini:
Operasi berhasil
Dengan menggunakan biopsi kulit anak sehat yang masih tersisa, tim De Luca mengkloning sel kulit yang sesuai dengan sel aslinya, namun dimodifikasi secara genetis untuk menghilangkan mutasi yang menyebabkan diagnosis JEB-nya.
Mereka menggunakan sel yang dimodifikasi secara genetik ini untuk menumbuhkan kulit segar, yang dikirim kembali ke Jerman dan dipindahkan ke pasien dalam serangkaian tiga operasi.
"Dua tahun kemudian, epidermis anak itu kembali berfungsi seperti pada anak normal," kata De Luca di podcast, dikutip dari Time.com.
Meskipun terlalu dini untuk mengatakan apakah perawatan semacam itu akan layak dilakukan dalam skala yang lebih besar dan apakah akan tetap efektif untuk sisa kehidupan anak, periset menulis bahwa hal itu bisa memunculkan inovasi lain.
Advertisement