Liputan6.com, Jakarta Sejak merasakan manfaat dari Bach Flower Remedies, Alva Paramitha tertarik untuk terjun dan mendalami teknik pengobatan Bach Flower Remedies.
"Saya kenal ini dari seorang praktisi sebelum saya. Saya melakukan treatment sendiri karena memang ini awalnya dikenal di kalangan praktisi self-healing," kata Alva ketika ditemui Health-Liputan6.com di sebuah sekolah swasta di Pulomas Jakarta, Senin (26/2/2018).
Baca Juga
Dia sendiri menggunakan terapi bunga ini ketika dirinya mulai merasakan jenuh dengan pekerjaannya.
Advertisement
"It works on me, sepertinya saya harus belajar lagi. Akhirnya saya niatkan diri untuk belajar. Dari situ saya mulai confidence untuk membantu klien-klien saya yang punya masalah emosi," katanya yang mengenal Bach Flower di tahun 2014 ini.
Hingga saat ini, Alva sendiri paling banyak menangani klien anak-anak.
Alva sendiri mulai belajar ini ketika merasa kurang secara keilmuan, selama dirinya menjadi seorang psikolog anak dan dewasa di sebuah sekolah.
"Seiring berjalannya waktu saya merasa modul sebagai psikolog dan terapis, selama ini saya merasa kok tools-nya kurang ya," jelas penyandang gelar Sarjana Psikologi ini.
Sejak merasakan manfaatnya, dia mulai mengenal Bach Flower tersebut.
"Saya tekadkan bahwa saya harus belajar tentang Bach Flower juga nih untuk membantu klien," ujar wanita yang setiap akhir pekan itu membuka praktek di salah satu klinik di Cilandak.
Alva sendiri tertarik karena dirinya selama ini bertemu dengan klien yang memiliki masalah emosi.
Â
Simak juga video menarik berikut ini:
Â
Â
Mempelajari Emosi
Untuk mempelajari Bach Flower, Alva mengakui dirinya harus belajar hingga ke Bach Center di Wallingford, Britania Raya.
"Saya level 1 sampai level 2 belajar di Jakarta. Pada saat level 3 untuk menjadi practitioner, saya langsung terbang ke Wallingford, ke Bach Center untuk belajar ini," ungkap satu dari sepuluh praktisi Bach Flower di Indonesia ini.
Menurutnya, sertifikasi dari Bach Center tidak hanya mengajarinya tentang bunga-bunga dalam terapi itu, namun juga tentang profesionalitas kerja dengan klien dan mengenali emosi.
"Belajarnya tidak terlalu lama, dia seperti short-course. Level satu hanya dua hari, level dua hanya dua hari, level tiga empat hari," tambah Alva.
Para praktisi ini mulai mempelajari tentang emosi dari orang-orang terdekat mereka.
Mulai di level tiga, mereka mempelajari klien dengan profesional dan diakhiri dengan ujian teori secara tertulis.
Teori yang diajarkan pun seputar jenis-jenis bunga yang digunakan dan bagaimana membedakan emosi tiap-tiap jenisnya.
Advertisement
400 hingga 750 Ribu Rupiah
Alva sendiri biasanya mematuk harga untuk sebotol Bach Flower sekitar 400 ribu rupiah. Harga itu belum termasuk konseling. Apabila melakukan konseling, Alva mematuk harga hingga 750 ribu Rupiah.
Namun, harga ini bisa berbeda tergantung seberapa butuh klien untuk konseling.
"Jadi saya lihat klien yang butuh sekali dengan ekonomi tidak mampu, saya biasa hanya mematuk harga untuk botol remedy-nya saja. Tanpa jasa lainnya," kata Alva.
Dana yang dia habiskan untuk satu set (38 bunga dengan 2 bunga darurat) Bach Flower pun tidaklah murah.
"Kalau di UK sih murah, karena dari asalnya. Kalau sudah masuk ke Indonesia, satu set (Bach Flower) bisa sekitar 4 sampai 5 juta," tambah Alva.
Sementara untuk satu tabung jenis bunga sendiri berharga sekitar 250 ribu rupiah, dengan kurs Singapura.
Bagi orang awam yang ingin belajar, komunitas Bach Flower Remedies sering mengadakan pelatihan dengan praktisi dari luar negeri.
"Biasa kalau kita akan bikin pelatihan kita sebarkan beritanya," kata Alva.
Adapun Alva tidak banyak beriklan di media. Dia merasa bahwa lebih baik orang yang telah merasakan manfaat terapi ini, bisa memberikan testimoninya ke orang lain.