Awas, Stres Bisa Berujung pada Penyakit Autoimun

Stres menjadi sumber dari berbagai penyakit. Salah satu yang paling berat adalah penyakit autoimun.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 12 Mar 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2018, 13:00 WIB
stres
Ilustrasi stres (iStockphoto/hobo_018)

 

Liputan6.com, Jakarta Tidak hanya pola hidup dan makanan, stres juga bisa menyebabkan penyakit autoimun. Sebenarnya tidak terbatas pada penyakit autoimun saja, stres juga bisa menyebabkan berbagai penyakit lain.

Ini dijelaskan oleh Susan Hartono, MSc, C.Ht, praktisi self healing dari Self Awareness Network, ketika ditemui Health-Liputan6.com dalam peluncuran bukunya Autoimmune and Me, beberapa waktu lalu, ditulis Senin (12/3/2018).

"Sebetulnya hampir semua penyakit itu relevan dengan stres," kata Susan. Menurutnya, hampir semua penyakit memiliki muatan stres.

"Entah itu diawali dengan stres lalu terdiagnosa lalu tambah stres. Apa pun penyakitnya tidak harus autoimun, stres memegang peranan," ungkap Susan.

Menurutnya, 80 persen penyakit di dunia disebabkan oleh stres.

Susan mengatakan, untuk bisa sehat, seseorang harus memiliki komitmen dan bisa mengenal dirinya masing-masing. Selain itu, harus tahu juga pemicu yang menyebabkan mereka menjadi stres.

"Apa pun metode tekniknya, orang harus belajar manajemen stres," kata Susan.

Saksikan juga video menarik berikut: 

 

Latihan Pernapasan

20151116-Ilustrasi-Meditasi
Ilustrasi Meditasi (iStockphoto)

Susan memberikan contoh salah satu pernapasan ringan, yang bisa dilakukan ketika sedang stres.

"Napas orang seperti saat gugup itu kan chaotic, cepat. Untuk membalikkan keadaan itu, harus bertanya, napas orang yang kalem dan tenang itu seperti apa," jelas perempuan yang kerap memberikan seminar dan terapi itu.

Menurut Susan, orang yang tenang cenderung bernapas lebih lambat dan stabil.

"Contohnya, hirup empat keluar enam, hirup empat keluar enam. Itu pakai hitungan bisa," papar Susan. Menurutnya, metode semacam itu tidak harus dilakukan saat stres.

"Kita harus tahu tentang diri masing-masing. Misalnya kita gampang cemas, sebelum jadi panic attack, mungkin menyendiri dulu, latihan pernapasan, baru kembali untuk menghadapi orang atau pekerjaan tersebut," tutup Susan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya