Perhatikan Tanda-Tanda Adanya Depresi Pasca Melahirkan

Jangan sepelekan kemunculan gejala-gejala yang merupakan pertanda adanya depresi pasca melahirkan.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jul 2018, 07:00 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2018, 07:00 WIB
Ibu baru melahirkan (iStockphoto)
Ilustrasi ibu baru melahirkan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Tak boleh anggap sepele perubahan hormon seorang ibu yang baru melahirkan. Bila tidak segera ditangani, membuat ibu berisiko mengalami depresi hebat (baby blues syndrome)

Depresi pasca melahirkan tersebut bisa dipicu banyak hal. Seperti kondisi hormon, lingkungan yang tak mendukung atau kurangnya komunikasi dengan pasangan. Sebuah penelitian mengungkap gejala yang sangat jelas yang dialami oleh seorang ibu dengan baby blues syndrome.

Diketahui, kemarahan yang terus-menerus jadi pertanda yang utama adanya depresi pascamelahirkan. Penelitian ini dilakukan tim dari British Columbia University.

"Ada bukti yang mengindikasikan kalau kemarahan yang terus terjadi akan meningkatkan intensitas depresi. Kondisi ini akan berdampak buruk pada ibu, anak, dan seluruh keluarga," ujar kepala penelitian, Christine Ou.

 

Penelitian Terkait Depresi Setelah Melahirkan

Seks setelah melahirkan (iStock)
Ilustrasi seks setelah melahirkan (iStockphoto)

Penelitian dilakukan dengan menganalisis data terkait depresi pasca melahirkan selama lebih dari 25 tahun. Juga diketahui perasaan tak berguna yang muncul, lalu adanya ketidaksesuaian antara ekspektasi dan realita membuat seorang ibu menjadi marah terhadap dirinya sendiri dan berujung pada depresi.

"Ibu pada awalnya mungkin akan merasa kecewa kalau apa yang mereka bayangkan tak sesuai dengan realita, belum lagi penghakiman dari lingkungan, pasangan yang tidak membantu, luka nyeri pasca melahirkan, semuanya 'menyumbang' kondisi depresi pada ibu," ungkap Ou dikutip dari situs Pop Sugar.

Jadi bagi para ibu yang mengalami kemarahan luar biasa, disertai perasaan tak percaya diri dan tak berguna, setelah melahirkan, cobalah untuk berkonsultasi. Bisa memulainya dengan menceritakan dengan dokter kandungan atau bisa langsung dengan psikolog.

Penulis : Mutia / Dream.co.id

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya