Liputan6.com, Jakarta Empat dari 13 korban yang terjebak dalam gua Thailand berhasil diselamatkan pada Minggu, 8 Juli 2018. Mereka disambut bahagia. Sesampainya di luar gua, keempat bocah tersebut segera dibawa ke rumah sakit di Chiang Rai untuk mendapat perawatan intensif.
"Kondisi remaja laki-laki setelah keluar dari gua belum dirilis, tapi menurut kepala komando tim penyelamatan yang sudah bertemu mereka, kondisinya cukup baik," menurut laporan dari Fox News, Senin (9/7/2018).
Baca Juga
Operasi penyelamatan masih akan dilanjutkan untuk membebaskan delapan remaja usia 11-16 dan pelatih tim sepakbola remaja Thailand yang terjebak dalam gua selama 16 hari.
Advertisement
Terjebak di dalam gua dalam waktu lama tentu saja memiliki dampak medis dan psikologis pada belasan remaja lelaki dan pelatih berusia 25 tersebut. Apa saja? Ini kemungkinan gangguan kesehatan yang terjadi seperti diungkapkan kontributor Fox News yang juga dokter penyakit dalam Marc Siegel.Â
Kurang gizi dan dehidrasi
Dokter yang memeriksa remaja laki-laki yang selamat mengungkapkan kondisi mereka kekerangan gizi dan dehidrasi.
Selama terjebak, mereka hanya minum air mineral dari stalaktit (sejenis mineral yang menggantung di langit-langit gua kapur) hingga pada akhirnya mereka ditemukan oleh penyelam.
Menurut Siegel, darah, hati dan ginjal, jumlah darah, dan tingkat elektrolit mereka sebaiknya diuji. Mereka kemungkinan akan terhidrasi di rumah sakit berkat bantuan perawatan medis.Â
Â
Sakit kepala dan badan lemah
Selama berada di gua, jumlah oksigen rendah, sementara jumlah karbon dioksida yang dihasilkan ketika mengembuskan napas meningkat. Berkurangnya oksigen berisiko menyebabkan sakit kepala, mual, mengantuk, dan badan lemah.
Ketika tingkat oksigen sangat rendah atau karbon dioksida sangat tinggi, maka bisa terjadi penumpukan cairan di paru-paru. Hal ini terjadi karena karena oksigen tidak cukup dikirim ke berbagai organ vital.
Tingkat oksigen yang sangat rendah yang lebih buruk daripada dialami di gua Thailand dapat menyebabkan kerusakan otak, bahkan kematian. Rendahnya kadar oksigen di gua adalah salah satu faktor mendorong penyelam untuk mulai mengeluarkan remaja laki-laki dari gua yang banjir.
Advertisement
Risiko infeksi dan gangguan tidur
Saat berhasil diselamatkan seluruh korban sebaiknya segera diperiksa apakah berisiko infeksi saluran pencernaan atau tidak. Selain itu, paparan kotoran kelelawar atau burung dalam gua dapat menyebabkan infeksi paru jamur, yang disebut histoplasmosis.
Paparan tersebut dapat menyebabkan infeksi bakteri, yang disebut psittacosis. Gejala yang timbul diantaranya batuk, kelelahan, demam, dan mual.
Setelah lebih dari dua pekan di bawah tanah, mereka tidak pernah melihat sinar matahari hal ini dapat menyebabkan remaja laki-laki mengalami kesulitan tidur. Kondisi ini menyebabkan mereka bisa mengalami gangguan tidur dan hipersensitif terhadap cahaya. Untungnya, efek ini bersifat sementara.Â
Stres
Secara psikologis, remaja laki-laki yang terperangkap akan berisiko tinggi gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Mereka akan mengalami kilas balik saat terjebak dalam gua, mimpi buruk, episode ketakutan yang tiba-tiba, dan perubahan perilaku juga kepribadian karena trauma.
Mereka berisiko mengalami gangguan mental. Perawatan yang efektif untuk PTSD termasuk di dalamnya terapi perilaku kognitif, yang berfokus pada pikiran, perasaan, dan perilaku yang terhubung dengan trauma.
Obat yang efektif yakni termasuk anti-depresan dan beta blocker serta perawatan. Semakin cepat PTSD diatasi, maka semakin cepat dan efektif mereka akan pulih.
Kini, lebih dari 50 penyelam dari berbagai negara bergabung dengan 40 penyelam Thailand untuk menyelamatkan yang masih ada di dalam gua.
Advertisement