Curhat ke Bos Bikin Karyawan Depresi Lebih Produktif Bekerja

Karyawan depresi lebih produktif bekerja bila mereka secara terbuka mengobrol atau curhat soal permasalahan depresi dengan bosnya.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 25 Jul 2018, 08:00 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2018, 08:00 WIB
Kantor dan tempat kerja
Ilustrasi kantor dan tempat kerja. (iStockphoto)

Liputan6.com, Inggris Karyawan yang mampu berbicara terbuka tentang depresi yang dialami ke bos ternyata punya pengaruh positif. Orang-orang ini bakal lebih produktif di tempat kerja daripada mereka yang menghindari berbicara soal depresi dengan bosnya.

Fakta soal depresi ini diketahui lewat studi yang dipublikasikan di BMJ Open pada Senin, 23 Juli 2018. Para peneliti London School of Economics (LSE) menganalisis depresi di tempat kerja di 15 negara yang berbeda, termasuk Inggris. Jumlah partisipan sekitar 1.000 bos dan karyawan.

Hasil penelitian menemukan, karyawan depresi lebih banyak mengambil cuti libur kerja jika bos mereka tidak memberikan solusi dan dukungan yang memadai.

Penelitian sebelumnya menunjukkan, lebih dari 70 persen karyawan depresi menyembunyikan kondisi mereka dari orang lain.

Sebagian besar karyawan depresi cenderung menyembunyikan kondisi tersebut karena takut mengalami diskriminasi saat mencari atau sedang bekerja di suatu perusahaan.

Penelitan ini juga menguak, reaksi dari bos terkait depresi yang dialami karyawan sangat memengaruhi produktivitas kerja.

“Penelitian kami menunjukkan, para bos yang menghindari karyawan yang curhat tentang depresi, maka karyawan sendiri akhirnya menghindari pekerjaan. Bahkan ketika mereka kembali bekerja (setelah libur atau cuti), mereka tidak seproduktif biasanya,” kata peneliti Sara Evans-Lacko, sesuai dilansir dari The Guardian, Rabu (25/7/2018).

 

 

Simak video menarik berikut ini:

Dukungan bos terhadap karyawan depresi

Ilustrasi depresi (iStock)
Karyawan depresi menerima dukungan dan bantuan dari bos. (iStockphoto)

Di Meksiko, sekitar 67 persen bos menawarkan bantuan ke karyawan yang depresi. Sementara di Inggris, sekitar 53 persen bos melakuakn hal tersebut.

Denmark punya bos yang paling mendukung. Hanya 2 persen partisipan yang mengatakan, bos mereka menghindari pembicaraan soal depresi.

Ada juga beberapa negara yang bos tidak memberi dukungan ke karyawan depresi. Karyawan yang tinggal di Korea Selatan (30 persen) dan Tiongkok (27 persen) kemungkinan besar mengatakan, bos mereka menghindari berbicara tentang depresi.

 

Masalah kesehatan mental

Ilustrasi Pemecatan
Masalah kesehatan mental bisa menyebabkan beberapa karyawan dipecat.

Kepala Perusahaan Mind, Emma Mamo menyampaikan, penelitian soal karyawan depresi yang dilakukan London School of Economics sesuai dengan indeks kesejahteraan kerja tahunan dan data yang dipublikasikan2017 oleh Business in the Community.

Data Business in the Community menemukan, 15 persen karyawan menghadapi penurunan jabatan atau pemecatan bila mereka memberi tahu bos tentang masalah kesehatan mental yang dialami.

“Kami ingin pengusaha menciptakan lingkungan, yang mana karyawan merasa nyaman mengobrol dan curhat tentang masalah kesehatan mental. Jika mereka melakukannya (curhat), maka karyawan akan mendapatkan dukungan dan pengertian, bukan malah stigma atau diskriminasi yang diperolehnya," Emma melanjutkan.

Negara-negara lain yang termasuk dalam penelitian ini adalah Afrika Selatan, Spanyol, Turki, Brasil, Kanada, Amerika, Prancis, Italia, dan Jerman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya