Beralih ke Rokok Elektrik, 6 Juta Orang AS Bisa Terhindar dari Kematian Dini

Diperkirakan sebanyak 6,6 juta orang di Amerika Serikat dapat terhindar dari kematian dini jika perokok konvensional beralih ke rokok elektrik.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 29 Okt 2018, 18:00 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2018, 18:00 WIB
Rokok Elektrik
Hasil penelitian menemukan, 6,6 juta orang Amerika Serikat bisa terhindar dari kematian dini bila beralih ke rokok elektrik. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Penelitian terbaru menemukan, diperkirakan sebanyak 6,6 juta orang di Amerika Serikat dapat terhindar dari kematian dini jika perokok konvensional beralih ke rokok elektrik. Penelitian ini dipimpin pakar onkologi David Theodore Levy dari Georgetown University Medical melakukan kajian lebih lanjut terhadap masalah rokok.

Penelitian mempertimbangkan strategi peralihan perokok konvensional ke penggunaan produk tembakau alternatif (rokok elektrik). Adanya penelitian soal penggunaan produk tembakau alternatif dilatarbelakangi permasalahan rokok. Permasalahan rokok seputar tingginya angka perokok yang dialami hampir semua negara, termasuk di Indonesia dan Amerika Serikat.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan tingginya angka rokok, dari kampanye kesehatan hingga penerapan regulasi yang ketat, menurut rilis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Senin (29/10/2018).

Namun, upaya ini belum berhasil menurunkan tingginya angka prevalensi rokok secara keseluruhan. Oleh karena itu, penelitian dilakukan di berbagai belahan dunia terus melakukan berbagai kajian ilmiah untuk menemukan pendekatan terbaik mengatasi masalah rokok.

“Diperlukan sejumlah upaya agar proses pengendalian tembakau dapat berhasil. Peralihan (perokok) dengan menggunakan produk tembakau alternatif. contohnya rokok elektrik bisa menjadi salah satu solusi tepat. Ini mengingat tingkat kandungan risiko kesehatan (rokok elektrik) yang dimiliki lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional,” jelas Levy dalam acara "Diskusi Produk Tembakau Alternatif di Tengah Disrupsi Teknologi serta Kaitannya dengan Reaksi dan Tantangan Global" di Jakarta pada Rabu, 17 Oktober 2018.

Meskipun begitu, Levy menambahkan, cara terbaik untuk menekan prevalensi rokok dengan berhenti merokok sepenuhnya. Penelitian Levy dan tim yang bertajuk “Potential Deaths Averted in USA by Replacing Cigarettes with E-Cigarette” dipublikasikan dalam jurnal Tobacco Control.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Penelitian produk tembakau alternatif di Indonesia

Vape Rokok Elektrik
Penelitian soal produk tembakau alternatif juga dilakukan di Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Tak hanya para peneliti Amerika Serikat yang meneliti produk tembakau alternatif. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) juga kini tengah melakukan penelitian mengenai produk tembakau alternatif.

LIPI menggunakan pendekatan model ekonomi untuk mengkaji secara menyeluruh, bagaimana potensi dan dampak yang ditimbulkan oleh produk tembakau alternatif bagi masyarakat. Peneliti LIPI, Erman Aminullah mengatakan, penting untuk melihat produk ini secara holistik atau menyeluruh sehingga didapatkan pemahaman yang utuh.

“Penelitian yang sedang berjalan dilihat dari berbagai bidang. Kami melihat dari bidang kesehatan, regulasi, teknologi, dan masyarakat. semua bidang ini penting dan saling berinteraksi juga terkait satu dengan yang lainnya. Kami ingin jumlah perokok menurun. Upaya berhenti merokok meningkat di Indonesia,” jelas Erman.

Produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar, rokok elektrik, nikotin tempel, dan snuss merupakan salah satu bentuk pengembangan dari inovasi teknologi. Produk tembakau alternatif tidak menggunakan proses pembakaran dan menggantinya dengan proses pemanasan.

Dari pemanasan, kandungan senyawa TAR yang terbentuk dari hasil pembakaran dapat dihilangkan. TAR adalah senyawa paling berbahaya pada rokok.

Peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Amaliya berharap, semakin banyak penelitian lebih lanjut mengenai produk tembakau alternatif di Indonesia. Penelitian diharapkan menjadi landasan pemerintah dalam merumuskan regulasi produk tembakau alternatif yang sesuai dengan tingkat risiko dan profilnya.

“Dengan hasil-hasil penelitian yang ada dan sekarang sedang berjalan, kami harap Indonesia menjadi negara yang memimpin kemajuan penelitian terkait produk tembakau alternatif, khususnya di lingkup ASEAN,” tutup Amaliya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya