3 Dokter Jadi Korban Lion Air JT 610, IDI Sampaikan Duka Mendalam

Tiga dokter turut menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 30 Okt 2018, 17:07 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2018, 17:07 WIB
Boeing 737 MAX-8 pertama di Indonesia yang dioperasikan oleh Lion Air.
Boeing 737 MAX-8 pertama di Indonesia yang dioperasikan oleh Lion Air.

Liputan6.com, Jakarta Tiga dokter turut menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat yang seharusnya terbang ke Pangkalpinang pada Senin, 29 Oktober 2018.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) para dokter tersebut adalah:

1. dr Ibu Fajriadi Hantoro, SpPD (Peserta Wjaib Kerja Dokter Spesialis)

2. dr Natalie Setiawan (Petugas RS Bhakti Timah)3. dr Rio Nanda Pratama (Petugas RS Bhakti Timah)

"Semoga arwah alhmarhum diterima di sisi Allah Tuhan Yang Maha Esa dan bagi kkeluarga yang ditingglakan diberi kekuatan lahir dan batin," kata Ketua Umum Pengurus Besar IDI, Daeng M Fiqih dalam rilis yang diterima Health-Liputan6.com.

Keluarga besar IDI pun menyampaikan duka mendalam untuk keluarga penumpang dan kru yang turut menjadi korban dalam penerbangan rute Jakarta ke Pangkalpinang ini. 

Upaya pencarian korban

Basarnas Kerahkan Tim SAR Evakuasi Lion Air
Petugas Basarnas mempersiapkan peralatan untuk melakukan evakuasi di Dermaga BTKP, Jakarta, Senin (29/10). Basarnas menurunkan tim evakuasi ke lokasi jatuhnya pesawat Lion Air dengan rute penerbangan Jakarta-Pangkal Pinang. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Selain dokter, pesawat tersebut juga mengangkut penumpang dari berbagai instansi. Ada pegawai Direktorat Jenderal Pajak, jaksa dan staf kejaksaan juga ada di dalam pesawat itu.

Pesawat tersebut di dalamnya terdapat 178 penumpang dewasa, 1 penumpang anak, 2 bayi, serta 2 pilot dan 5 flight attendant.

Sampai saat ini, 50 penyelam dari Basarnas maupun TNI diterjunkan ke lokasi kejadian untuk melakukan proses pencarian.

Selain itu, empat kapal dan tiga unit helikopter juga dikerahkan. Kapal digunakan untuk mencari titik prioritas pertama dengan menggunakan alat echosounder. Sedangkan belasan kapal dioperasikan pada titik prioritas dua.

Radius pencarian juga telah diperluas. Pada hari pertama pencarian mencapai 5 nautical mile menjadi 10 nautical mile. Perluasan radius pencarian karena diprediksi posisi badan pesawat telah beralih akibat pengaruh angin, arus bawah laut, suhu air laut, maupun massa jenis benda yang dicari.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya