Pria Generasi Milenial Lebih Cepat Botak

Pria muda yang memasuki usia 20-30an mulai mengalami kebotakan. Kondisi ini terjadi lebih cepat daripada generasi sebelumnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Des 2018, 11:00 WIB
Diterbitkan 12 Des 2018, 11:00 WIB
Ilustrasi stres
Ilustrasi stres bisa membuat kebotakan terjadi lebih cepat. Sumber foto: unsplash.com/Nik Shuliahin.

Liputan6.com, Jakarta Anas seorang pekerja swasta di Jakarta usianya hampir 30-an tapi ia sudah merasakan rambutnya menipis. Terlihat kebotakan di bagian tengah kepalanya. Tak cuma Anas, studi ungkap ada sebagian pria muda yang masuk genereasi milenial mengalami kebotakan lebih cepat.

Penelitian di Tiongkok menyebutkan pria-pria muda berusia 20-an di sana mengalami kebotakan jauh lebih cepat ketimbang generasi lainnya. Data dari penelitian ini merupakan survei dari 4.000 siswa di Universitas Tsinghua, Beijing.

Sebanyak 60 persen peserta melaporkan bahwa mereka kehilangan jumlah rambut yang signifikan, sedangkan 40 persennya menyadari bahwa mereka akan mengalami kebotakan karena garis keturunan seperti dilansir laman Healthline.

Para peneliti juga melaporkan bahwa para siswa di sana cenderung melaporkan kerontokan rambut saat belajar sains, matematika, dan teknik otomotif. Bisa jadi karena ketiga mata kuliah tersebut dianggap paling sulit. Dengan kata lain, kerontokan rambut terjadi karena faktor stres belajar.

Selain di Cina, makin banyak pula warga Amerika Serikat (AS) yang melaporkan bahwa mereka mengalami kerontokan rambut, bahkan mereka di bawah 20 tahun.

Seorang dokter spesialis kulit dan kelamin asal San Fransisco, AS, dr. Andrea Hui, mengaku bahwa dirinya kerap menangani kerontokan dan penipisan rambut pada pria dan wanita berusia 18 tahun.

 

Penyebab generasi milenial lebih cepat botak

Bukan cuma karena stres belajar atau stres bekerja, kondisi memprihatinkan yang menimpa generasi milenial juga disebabkan oleh perubahan hormonal, penyakit autoimun, gangguan tiroid, dan diet yang tidak sesuai. Bahkan ironisnya, ada yang mengatakan bahwa tren diet vegan juga berkontribusi pada maraknya kerontokan rambut tersebut.

Penelitian yang dilakukan tahun lalu oleh Emily L. Guo, seorang dokter dari Baylor College of Medicine, AS, menunjukkan bahwa pengurangan konsumsi protein, zat besi, dan vitamin D yang terlalu signifikan dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan rambut.

Selain alasan-alasan yang disebutkan di atas, generasi milenial juga dianggap sebagai generasi yang terlalu sering melakukan perubahan terhadap rambutnya. Misalnya perwarnaan atau mengubah tekstur rambut (seperti pelurusan atau pengeritingan). Bukan karena untuk menutupi uban atau kekurangan lainnya, tapi memang karena tuntutan mode. Sehingga, risiko rambut rusak, rapuh, dan rontok pun makin tinggi.

Perlu diketahu bahwa jika Anda mengalami kerontokan rambut 50-100 helai per hari, itu adalah kerontokan yang normal. Namun, jika lebih dari 100 helai per hari, Anda perlu waspada.

Selain itu, dari berbagai penyebab rambut rontok, faktor stres diketahui paling berkontribusi. Ini karena stres dapat mengganggu proses pertumbuhan rambut dengan cara memaksa rambut keluar dari fase pertumbuhan sebelum waktunya.

Lebih dari itu, American Psychological Association melaporkan bahwa baik generasi milenial maupun generasi X memiliki kadar stres yang lebih tinggi dan kesulitan dalam mengatasi dan mengelolanya ketimbang generasi sebelumnya.

 

Penulis: Ayu Maharani/Klikdokter.com

 

Saksikan juga video menarik berikut

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya