Kiat Cerdik Atasi Trauma Korban Tsunami Selat Sunda

Ada kiat cerdik mengatasi trauma korban tsunami Selat Sunda agar kondisi psikologis mereka pulih perlahan-lahan.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 25 Des 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 25 Des 2018, 14:00 WIB
Puluhan Jenazah Tsunami Anyer Ditampung di Puskesmas Carita
Keluarga korban berpelukan ketika berusaha mencari keluarga mereka yang meninggal akibat gelombang Tsunami Anyer di Puskesmas Carita, Banten, Minggu (23/12). BNPB dan pemerintah daerah masih melakukan tanggap bencana darurat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Trauma menyelimuti para korban tsunami Selat Sunda. Mereka yang paling terdampak gelombang air pasang tsunami pada Sabtu, 22 Desember 2018 kehilangan keluarga, saudara, dan kerabat serta seluruh harta benda.

Kondisi korban tsunami Selat Sunda itu mengalami gangguan stres pasca trauma (Post-Traumatic Stress Disorder/PTSD). PTSD adalah gangguan kesehatan jiwa yang dipicu peristiwa menakutkan (peristiwa traumatis) yang pernah dialami atau disaksikan, seperti bencana alam, kecelakaan lalu lintas, atau perampokan. 

Dokter Andika Widyatama dari KlikDokter menjelaskan, ada beberapa kiat mengatasi trauma korban tsunami.

Ajak korban ceritakan apa yang dipikirkan dan dirasakan

Korban cenderung teringat detik-detik kejadian tsunami. Hal ini membuat korban lebih sedih atau stres. Sebaiknya, ajak korban untuk menceritakan apa yang dipikirkan dan dirasakan terhadap kejadian yang menimpa.

Cerita dapat dibagikan kepada orang-orang terdekat, yang mungkin berada di area pengungsian bencana, seperti keluarga, tetangga, atau relawan bencana, sebagaimana dikutip dari KlikDokter, Selasa (25/12/2018).

Menceritakan kejadian tsunami Selat Sunda yang dialami dapat menguatkan diri korban. Korban menjadi merasa tidak sendiri.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Mengalihkan pikiran negatif

Usai Tsunami Selat Sunda, Warga Mulai Pulang Selamatkan Harta Benda
Pemandangan kehancuran usai tsunami menerjang Kampung Sumur Pesisir, Pandeglang, Banten, Senin (24/12). Pascatsunami Selat Sunda, warga pulang untuk mencari barang berharga miliknya. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Untuk menghindari pikiran atau perasaan yang cenderung negatif, korban tsunami Selat Sunda disarankan mengalihkan pikiran secara perlahan-lahan. Caranya, menyibukkan diri dengan menjadi relawan atau membantu sesama korban.

Aktivitas seperti memasak dan menyiapkan makanan bersama untuk korban di area pengungsian juga bisa menjadi kegiatan yang mengalihkan pikiran negatif, lanjut Andika.

Hindari segala informasi terkait tsunami yang belum jelas. Pastikan informasi yang diperoleh bukanlah hanya sekedar rumor, tapi fakta.

Lakukan relaksasi

Usai Tsunami Selat Sunda, Warga Mulai Pulang Selamatkan Harta Benda
Warga membawa perkakas dari bangunan rumahnya yang rusak akibat terjangan tsunami di Kampung Sumur Pesisir, Pandeglang, Banten, Senin (24/12). Pascatsunami Selat Sunda, warga mulai kembali ke rumahnya masing-masing. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Cobalah membuat tubuh menjadi lebih rileks. Cara paling mudah, korban dapat melakukan meditasi atau peregangan. Trik ini bisa dilakukan dengan korban lainnya untuk menciptakan suasana yang lebih nyaman.

Fokuskan pikiran dan perasaan pada hal yang positif dan menumbuhkan semangat. Bayangkan berbagai peristiwa atau hal yang pernah membuat diri bahagia.

Berusaha menghadapi ketakutan

Takut atau cemas karena peristiwa traumatis merupakan hal yang wajar. Namun, takut secara berlebihan terhadap sesuatu hal dapat menurunkan produktivitas.

Sebaiknya, korban tsunami mulai menguatkan diri menghadapi ketakutan tersebut. Cobalah  membangun kepercayaan diri.

"Biarlah yang sudah berlalu, lihatlah harapan ke depan. Jangan sampai masa, lalu mengekang kehidupan korban," tambah Andika.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya