JK Minta BPJS Kesehatan Aktif dalam Upaya Pencegahan Penyakit

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) meminta peran aktif BPJS Kesehatan dalam upaya pencegahan penyakit di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jan 2019, 12:18 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2019, 12:18 WIB
Wapres Jusuf Kalla Buka Pameran Alutsista Indo Defence 2018
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengingatkan BPJS Kesehatan tak hanya fokus membayar klaim tapi juga aktif dalam upaya pencegahan penyakit. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla (JK) meminta BPJS Kesehatan agar tak hanya fokus untuk membayar biaya pengobatan. Namun, BPJS Kesehatan juga harus aktif juga dalam upaya pencegahan (preventif) penyakit.

"Jadi sebenarnya upaya BPJS yang terbaik ialah bagaimana membantu departemen kesehatan (depkes) untuk pencegahan," kata JK dalam sebuah seminar bertajuk "Pembiayaan yang Berkelanjutan untuk Jaminan Kesehatan Nasional', di Kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (17/1/2019).

Jika upaya preventif berhasil, maka jumlah masyarakat yang sakit berkurang dan diminimalisasi "Jadi karena tanpa hal tersebut (preventif) sulit kita mendapatkan hasil yang baik," tambahnya. 

 

Senam kolosal BPJS Kesehatan
Dalam rangka menyambut Asian Games 2018 dan ulang tahun BPJS Kesehatan ke-50, BPJS Kesehatan selenggarakan senam sehat kolosal dengan 18.818 peserta.

JK menjelaskan, salah satu cara preventif yang dapat dilakukan oleh BPJS adalah dengan mensponsori kegiatan-kegiatan olahraga. Lewat kegiatan tersebut BPJS Kesehatan bisa sambil melakukan kampanye hidup sehat.

"Promotif pencegahan dan promosi lainnya harus jadi bagian utama untuk mengurangi risiko. Karena itulah maka BPJS justru harus masuk promotif dan preventif. Jadi kalau ada pekan olahraga maka BPJS harus ikut mensponsori supaya orang sehat. Supaya ada suatu gerakan hidup sehat. Kampanye bagaimana bergerak, bagaimana makanan yang sehat," katanya.

Selain itu, JK juga menekankan pentingnya peranan pemerintah daerah dalam hal ini. Dia mengungkapkan rumah sakit yang ramai oleh pasien bukan merupakan tanda sebuah kesuksesan melainkan tanda kegagalan besar.

"Kalau saya datang ke daerah, sering bupati atau gubernur melapor kondisi rumah sakit yang dimiliki ini hebat. Orang antre mulai jam 5 pagi. Penuh. Merasa itu sukses, padahal itulah kegagalan besar," ujarnya.

"Karena itu saya katakan, sukses Anda ialah ketika Anda punya rumah sakit besar dan pasiennya sepi, itu baru sukses buat pemda. Kalau antrean dari jam 5 pagi itu gagal besar. Berarti selokan enggak bagus, air tergenang ada banyak malaria dan sebagainya. Itulah kegagalan," tutupnya.

(Penulis: Yayu Agustini Rahayu Achmud/Merdeka.com)

 

Saksikan juga video menarik berikut

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya