Kampanye Isi Piringku Kemenkes Rekomendasi Peneliti Dunia

Pola makan yang dianjurkan Kemenkes ini tidak hanya baik bagi tubuh tapi juga ramah lingkungan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 19 Jan 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2019, 09:00 WIB
Isi Piringku
Sosialisasi kampanye 'Isi Piringku' yang digencarkan Kementerian Kesehatan RI juga merambah situs anak remaja. (Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Liputan6.com, Jakarta Kampanye "Isi Piringku" seperti yang digaungkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia saat ini ternyata sejalan dengan rekomendasi para peneliti di dunia. Selain sehat bagi tubuh, pola makan seperti ini juga baik bagi lingkungan hidup.

"Ini tidak jauh beda dengan kampanye yang ada," ujar EAT Lancet Comissioner Dr. dr. Rina Agustina, MSc di gedung Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta pada Jumat (18/1/2019).

Rina mengungkapkan, para peneliti merekomendasikan bahwa setengah dari isi piring makan kita terdiri dari buah dan sayur. Sepertiganya adalah buah dan dua per tiganya adalah sayur.

"Ini persis seperti apa yang ada di dalam piring makan Indonesia. Tapi yang jadi kenyataan adalah 97 persen dari kita tidak memenuhi ini. Bahkan 70 persen dari sumber yang tidak kita miliki malah tidak dipakai," ungkap Rina.

Rina juga mengungkapkan, pola makan yang direkomendasikan oleh Kemenkes selama ini juga termasuk dalam kategori "win-win diet." Artinya, selain sehat bagi tubuh juga baik bagi lingkungan hidup.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

Konsumsi nasi putih

Isi Piringku
Melihat "Isi Piringku" masyarakat Gorontalo. (Foto: Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Walaupun begitu, memang ada sedikit perbedaan di antara keduanya. Salah satunya mengenai konsumsi nasi putih.

"Kalau di Indonesia memang dua per tiga dari separuh biasanya adalah nasi putih. Ini yang mau kami ganti," ujar Rina. Padahal, dulu nenek moyang Indonesia tidak banyak mengonsumsi nasi putih.

Untuk ini, Rina mengatakan bahwa nasi putih sebaiknya diganti dengan whole grain. Yaitu padi-padian atau gandum dan sejenisnya yang termasuk dalam karbohidrat kompleks. Misalnya ketela, sagu, jagung, dan lain-lain.

Selain itu, untuk makanan yang terbuat dari hewan, direkomendasikan untuk mengonsumsi produk-produk laut untuk mengurangi daging merah. Rina juga menyarankan agar untuk mendapatkan protein yang berasal dari tumbuhan.

"Sepertinya protein tumbuhan hanya aksesoris saja selama ini. Padahal kalau kita lihat, kita makan tempe dan tahu setiap hari, tapi tidak sebagai makanan protein utama."

Di samping itu, gula tambahan yang direkomendasikan adalah 30 kalori. Namun, pola makan ini direkomendasikan Rina hanya untuk orang dewasa. Bukan ibu hamil maupun anak atau remaja.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya