Liputan6.com, Jakarta Tidak perlu ada yang ditakutkan dari kepulangan WNI di Natuna ke Jakarta pada Sabtu siang, 15 Februari 2020. Apalagi sampai muncul rasa takut berlebihan terhadap kesehatan mereka.
Setelah diobservasi selama dua minggu menjalani karantina di hanggar Bandara Raden Sadjad, Ranai, Natuna, ratusan warga negara Indonesia dari Wuhan itu dalam keadaan sehat dan tidak terpapar virus corona.
Baca Juga
"Tujuan kita melakukan observasi ini apa sih? Kan untuk meyakinkan bahwa dalam 14 hari, mereka tidak ada yang terkena COVID-19 (corona virus dissease atau virus corona). Kalau kemudian di rumahnya mereka sakit, tentunya bukan karena COVID," kata Sekretaris Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Achmad Yurianto saat berbincang dengan Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Jumat, 14 Februari 2020.
Advertisement
Ratusan WNI ini, kata Yuri, bukan seseorang yang perlu diberi 'label' selayaknya tahanan politik. Menurutnya, yang harus dilakukan sekarang ini adalah pendampingan terhadap sejumlah yang masalah yang tengah mereka hadapi.Â
"Sekarang ini bukan lagi masalah kesehatan," katanya.
"Yang mereka hadapi sekarang ini adalah kesinambungan pendidikan, karena perkualiahan di Wuhan sudah dimulai. Tapi karena sistemnya, universitas menyatakan (kuliah)Â online,"Â Yuri menambahkan.
Â
Yang Dikeluhkan WNI di Natuna
Hal ini yang mereka keluhkan selama berada di Natuna. Banyak dari mereka yang mengeluh, lantaran jaringannya yang tidak terlalu bagus dan keterbatasan referensi.
"Kemudian, banyak kelompok mahasiswa yang sekarang itu waktunya praktik. Kan enggak bisa praktik online. Itu yang menjadi kekhawatiran," ujarnya.
Selain itu, para orangtua dari WNI yang kuliah di Wuhan karena beasiswa, memertanyakan apakah pemerintah masih mau membayarkan uang kuliah anak-anaknya yang karena masalah ini bisa-bisa tidak selesai tepat waktu.Â
"Ada juga yang menanyakan, pak kami orang tidak mampu, anak kami dapat beasiswa, dananya dikasih jatah pulang ke tanah air hanya sekali setahun. Sekarang dia sudah pulang, kalau kami balik lagi ke sana pakai biaya apa? Itu juga kekhawatiran," kata Yuri.
Â
Advertisement
Keluh Kesah Orangtua WNI
Ada pula orangtua yang menanyakan apakah anak-anaknya bakal diizinkan balik ke Wuhan karena takut kalau permasalahan yang sama muncul lagi. "Itu kan kehawatiran juga," katanya.
Menurut Yuri, kekhawatiran seperti itu bukan lagi urusan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Oleh sebab itu, Yuri mengimbau masing-masing pemerintah daerah untuk memikirkan hal tersebut.Â
"Jadi, yang kami minta, tolong pendampingan oleh pemda. Ini bukan lagi urusannya dengan dinas kesehatan saja," ujarnya.
Yuri pun menekankan bahwa secara kesehatan mereka baik-baik saja. Masih ada masalah krusial lainnya yang harus segera dicari jalan keluarnya.Â
"Dengan mereka lolos dari Wuhan saja untuk dievakuasi pemerintah RI, tandanya mereka sehat. Jadi, tidak kemudian kita buatkan labeling khusus buat mereka. Enggak perlu juga cap 'Ex-Wuhan'," katanya.
"Mereka kan tidak harus dikasih sertifikat telah lulus karantina dan dikasih piagam begitu," Yuri menambahkan.