Tak Hanya COVID-19, Kemenkes juga Siap Hadapi DBD

Bukan hanya COVID-19, Kemenkes pun siap menghadapi DBD.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 12 Mar 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2020, 17:00 WIB
Cegah DBD dengan Fogging
Petugas melakukan pengasapan atau fogging di permukiman warga di Jalan Delima Raya, Jakarta Barat, Selasa (30/4/2019). Pengasapan tersebut untuk mencegah penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui nyamuk Aedes Aegypti saat musim hujan mulai terjadi di Jakarta. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Tak hanya berfokus pada penanganan COVID-19, Kementerian Kesehatan juga siap dalam menghadapi demam berdarah dengue (DBD). Tren kenaikan angka kejadian DBD terus dipantau.

Usai konferensi pers, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi menegaskan, dalam penanganan DBD, pemerintah daerah masing-masing punya peran.

Apabila dinas kesehatan di kabupaten/kota tidak sanggup menangani DBD, maka Kementerian Kesehatan siap turun tangan langsung.

"Kalau kabupaten/kota enggak siap ya baru kita turun. Kalau corona masih (ditangani) secara nasional," tambah Nadia ditemui di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, kemarin (11/3/2020).

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Pencegahan DBD

Menkes Terawan Saat mengunjungi pasien DBD di Sikka, NTT
Menkes Terawan Saat mengunjungi pasien DBD di Sikka, NTT. (Foto: Dionisius Wilibardus)

Untuk mengantisipasi DBD, Kementerian Kesehatan juga mendorong peningkatan kegiatan pencegahan, yaitu upaya pemberantasan sarang nyamuk, baik di rumah sekolah tempat umum dan rumah ibadah. 

"Lalu memastikan logistik tes DBD, ada abate, insektisida, dan larvasida mencukupi," jelas Nadia melalui pesan tertulis saat dihubungi Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Selasa (10/3/2020).

Selain itu, meminta pemerintah daerah untuk terus menyiagakan rumah sakit beserta obat-obatan yang diperlukan. 

"Menyiagakan rumah sakit untuk antisipasi peningkatan kasus DBD dan memastikan cairan juga alat infus tersedia. Membuat posko Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD bersama dinas kesehatan setempat," ujar Nadia.

Antisipasi COVID-19

Negatif Corona, Satu WNA Dipulangkan dari RSPI Sulianti Saroso
Suasana RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Kamis (5/3/2020). RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, memulangkan seorang pasien WNA suspect corona. WNA tersebut dinyatakan negatif corona setelah dipantau sejak Selasa (3/3/2020) lalu. (merdeka.com/Imam Buhori)

Dalam penanganan COVID-19, Kementerian Kesehatan juga sudah menyiagakan 100 rumah sakit rujukan di Indonesia. Rumah sakit rujukan tersebut siap menangani pasien yang punya gejala terinfeksi, suspect maupun positif COVID-19.

"Kita punya 100 rumah sakit rujukan, semua itu sudah disiapkan," kata  Direktur Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Bambang Wibowo di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta, beberapa waktu silam.

Pintu-pintu masuk lalu lintas, seperti bandara juga sudah dipasang thermal scan. Kartu Kewaspadaan Kesehatan (Health Alert Card) untuk penumpang pesawat telah diterapkan, khususnya ditujukan bagi para penumpang yang bepergian dari negara yang ada laporan kasus COVID-19.

Untuk pasien yang suspect dan positif COVId-19 yang dirawat, biaya akan dibebankan kepada negara. Hal ini tertuang dalam dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Corona Virus Sebagai Penyakit Dapat Menimbulkan Wabah dan Penanggulangannya.

Keputusan tersebut ditandatangani Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto pada 4 Februari 2020.  

Segala bentuk pembiayaan dalam rangka upaya penanggulangan sebagaimana dimaksud Diktum KEDUA dibebankan pada anggaran Kementerian Kesehatan, pemerintah daerah, dan/atau sumber dana lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, bunyi diktum kedua pada keputusan menteri kesehatan tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya