Jadi Negara dengan Kasus COVID-19 Terbanyak, AS Lampaui China

Amerika Serikat melampaui China dan Italia dengan kasus COVID-19 terbanyak di dunia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 27 Mar 2020, 11:38 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2020, 11:38 WIB
Kasino di Las Vegas Tutup Akibat Pandemi Virus Corona COVID-19
Pasangan berjalan melewati Fremont Street yang sepi setelah perintah penutupan kasino akibat virus corona COVID-19 di Las Vegas, Amerika Serikat, Rabu (18/3/2020). Penutupan tempat hiburan di Las Vegas akan berlangsung selama 30 hari. (AP Photo/John Locher)

Liputan6.com, Jakarta Kasus infeksi virus corona atau COVID-19 di Amerika Serikat (AS) menjadi yang paling banyak di dunia. Membuat negara ini melampaui Tiongkok dan Italia.

Data yang dihimpun baik dari Johns Hopkins University dan Worldometers pada Jumat (27/3/2020) pukul 11.12 WIB, sama-sama menunjukkan bahwa AS menunjukkan 85.594 kasus COVID-19 di negara Paman Sam itu dengan total kematian 1.300 orang

Sementara itu, 1.868 warga di AS dinyatakan sembuh dengan 2.122 kasus berada dalam kondisi kritis dan serius.

Berdasarkan data jumlah COVID-19 di dunia, Tiongkok masih berada di urutan kedua dengan 81.340 kasus dan Italia masih melaporkan 80.589 kejadian, membuatnya menjadi negara ketiga dengan jumlah kasus terbanyak ketiga di dunia.

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini

Prediksi WHO: AS Bisa jadi Pusat Pandemi Baru

Konferensi pers oleh Presiden AS Donald Trump terkait Virus Corona yang kasusnya terus meningkat di Amerika Serikat.
Konferensi pers oleh Presiden AS Donald Trump terkait Virus Corona yang kasusnya terus meningkat di Amerika Serikat. (Saul Loeb/AFP)

Walaupun begitu, Presiden AS Donald Trump mengklaim bahwa angka kematian akibat COVID-19 di negara itu menurun.

"Orang-orang yang benar-benar meninggal, persentasenya jauh lebih rendah dari ekspektasi saya," kata Trump seperti dikutip dari USA Today.

Trump juga mengklaim bahwa mereka telah melakukan tes secara luar biasa. "Kami melakukan pengujian yang luar biasa dan saya yakin Anda tidak dapat memberi tahu apa yang sedang diuji dan tidak diuji oleh China. Saya pikir itu agak sulit," ujarnya seperti dikutip dari The Guardian.

Meski begitu, sejumlah pihak menilai bahwa peningkatan kapasitas pengujian di AS masih memiliki cacat secara proses serta tertinggal dari beberapa negara lain seperti Korea Selatan.

World Health Organization beberapa waktu lalu juga sempat memperkirakan AS akan menjadi pusat baru dari pandemi global ini ketika melihat peningkatan kasus yang sangat cepat.

"Kami sekarang melihat percepatan yang sangat besar pada kasus di AS. Jadi memang ada potensi," kata juru bicara WHO Margaret Harris.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya