Liputan6.com, Jakarta Dunia kini tengah berjuang menghadapi pandemi virus Corona. Namun, bukan kali ini saja dunia mengalami pandemi. 102 tahun lalu dunia berjuang untuk bebas dari pandemi virus influenza atau Flu Spanyol. Dari pandemi itu ada beberapa hal yang bisa dipelajari untuk diterapkan di masa ini menghadapi pandemi COVID-19.
"Pertama, pembatasan kontak. Ini yang kemudian juga kita lakukan di periode sekarang dan dilakukan oleh seluruh dunia," kata Juru Bicara Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto dalam telekonferensi di Gedung BNPB Jakarta pada Jumat (8/5/2020).
Baca Juga
Saat ini, pemerintah terus mengimbau agar masyarakat berada di rumah aja dan menghindari kerumunan. Jika terpaksa keluar rumah menggunakan kendaraan umum, atur jarak dengan orang lain.
Advertisement
Pelajaran dari pandemi Flu Spanyol adalah pentingnya meningkatkan stamina untuk yang masih sehat agar tidak mudah terinfeksi virus penyebab pandemi.
Lalu, saat pandemi berlangsung tak hanya aspek kesehatan yang kena imbasnya. Faktor ekonomi pun terdampak. Diperlukan solidaritas kemanusiaan yang bisa menjadi modal penting dalam upaya bebas dari pandemi.
"Oleh karena itu pembelajaran yang kita dapatkan dari pandemi sebelumnya terjadi adalah fokus pada upaya-upaya kemanusiaan menyembuhkan pasien dan menolong mereka yang terdampak karena krisis ekonomi akibat pandemi," kata Yurianto lagi.
Dalam kondisi pandemi, kata Yurianto, pelaksanaan intervensi medis yang cepat dan tepat sasaran juga diperlukan.
Terakhir adalah perlu ada kebijakan pemerintah yang dilakukan berkelanjutan, konsisten dan terus menerus sampai virus penyebab pandemi dapat dikembalikan.
Tentang Flu Spanyol di Indonesia
Dilansir dari Historia.id, Flu Spanyol menular lewat udara, sehingga jangkauannya lebih luas dan membuat jumlah korban amat tinggi. Tercatat 60 persen dari populasi dunia tertular virus influenza ini.
Flu Spanyol kemungkinan masuk ke Indonesia melalui jalan darat. Pemerintah Hindia Belanda mencatat, virus ini pertama kali dibawa oleh penumpang kapal dari Malaysia dan Singapura dan menyebar melalui Sumatra Utara.
Virus itu kemudian menyerang kota-kota besar di Jawa pada Juli 1918. Pada awal penyebarannya, penduduk tidak sadar ada sebuah virus yang menyebar cepat dan mengamuk dengan amat ganas. Apalagi saat itu perhatian pemerintah tertuju pada penanganan penyakit menular lain seperti kolera, pes, dan cacar.
Pada awal kedatangannya di Indonesia, hanya sedikit orang yang berpikir bahwa Flu Spanyol itu berbahaya. Bahkan Asosiasi Dokter Batavia menyimpulkan bahwa Flu Spanyol tidaklah berbahaya bila dibandingkan dengan flu pada umumnya.
Akibatnya dalam hitungan minggu, virus itu menyebar ke Jawa Barat (Bandung), Jawa Tengah (Purworejo dan Kudus), dan Jawa Timur (Kertosono, Surabaya, dan Jatiroto). Lalu, menyebar ke pulau-pulau lain.
Menurut Collin Brown dalam buku The Influenza Pandemic 1918 in Indonesia, jumlah korban Flu Spanyol di Indonesia berjumlah 1,5 juta jiwa. Sementara itu Flu Spanyol menyebabkan presentase kematian di Jawa Tengah dan Jawa Timur naik dua kali lipat bahkan lebih.
Â
Advertisement