Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Remaja Broken Home Jadi Konselor Sebaya Cegah Seks Pranikah

Remaja broken home dilatih jadi konselor sebaya untuk mencegah seks pranikah.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 13 Mei 2020, 22:00 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2020, 22:00 WIB
menggenggam tangan
Remaja broken home dilatih jadi konselor sebaya untuk mencegah seks pranikah. /Photo by TL Portrait from Pexels

Liputan6.com, Jakarta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional tetap menggandeng para remaja broken home menjadi konselor sebaya cegah seks pranikah, HIV/AIDS, dan NAPZA meski padnemi COVID-19 masih terus berlangsung. Sebelum menjadi konselor, mereka diberikan pembinaan melalui media daring, sehingga bisa memberikan konseling kepada antar remaja seusianya.

Menurut Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, pemberian konseling untuk remaja broken home membutuhkan pendekatan khusus dari para konselor sebaya. Pendekatan khusus memerlukan konselor sebaya yang juga memiliki kompetensi khusus dalam membantu remaja broken home lain untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

"Tentunya, membuat perencanaan dalam mempersiapkan dan melewati transisi kehidupan remaja," ujar Hasto saat Pelatihan Konselor Sebaya bagi Remaja Broken Home (Be Home) Indonesia dan GenRe Indonesia Berbasis Online, ditulis Rabu (13/5/2020).

Dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com, pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja sudah seharusnya diperhatikan untuk mencegah segala permasalahan remaja seperti seks pranikah, HIV/Aids, dan NAPZA. BKKBN mencatat, setengah juta kelahiran terjadi pada remaja usia 15-19 tahun di Indonesia.

Kelahiran pada remaja dapat memengaruhi pertumbuhan mereka sendiri, berat lahir bayi, risiko gangguan hipertensi selama kehamilan, fistula, anemia, dan risiko tinggi kematian neonatal. Kelahiran pada usia remaja juga disebabkan karena 1 dari 9 wanita menikah sebelum usia 18 tahun (pernikahan dini).

Pemakaian kontrasepsi (kurang dari 50 persen) untuk Pasangan Usia Subur (PUS) muda tersebut meningkatkan infeksi HIV baru, terutama terjadi pada remaja perempuan.

Agar Remaja Punya Komitmen Tinggi

Ilustrasi
Agar remaja punya komitmen tinggi. (dok. pexels/Polina Zimmerman)

Agar remaja punya komitmen tinggi dan tidak terjerumus pada seks pranikah, pembinaan ketahanan remaja terus dilakukan BKKBN.

Program BKKBN dalam pembinaan ketahanan remaja melalui peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga dan kesehatan reproduksi.

Di dalam program itu, BKKBN menyediakan ruang-ruang untuk pelaksanaan konseling. Pemberian konseling dilaksanakan oleh konselor sebaya, yaitu remaja yang memiliki komitmen dan motivasi yang tinggi untuk memberikan konseling bagi kelompok remaja sebayanya serta telah mengikuti pelatihan/orientasi konseling oleh BKKBN maupun pihak lain yang berkompeten.

"BKKBN harus hadir ditengah keluarga dan terhubung dengan remaja. Ini merupakan satu hal yang sangat penting. Tetapi memang terdapat keluarga normal dan keluarga yang berjalan tidak semestinya, justru anak-anak remaja dari keluarga yang tidak berjalan semestinya ini yang harus perlu diperhatikan dan butuh sentuhan," Hasto menerangkan.

Kurang Kasih Sayang

Bertengkar Berselisih Paham dengan Pasangan
Remaja kurang kasih sayang. (iStockphoto)

Remaja dengan kondisi keluarga broken home memiliki berbagai permasalahan. Ini karena kurangnya peran dan kasih sayang dari salah satu atau kedua orangtua.

Psikolog Roslina Verauli pun menjelaskan, beberapa tahun belakangan ada tren kasus yang terjadi di masyarakat, yaitu kasus perselingkuhan dari orangtua dan remaja depresi.

Banyak dari mereka yang tidak takut untuk melukai diri sendiri. Oleh karena itu, program BKKBN tentang remaja, seperti tentang Pranikah dan Siap Nikah diharapkan memberi pelatihan untuk remaja siap membangun keluarga.

Berdasarkan kondisi tersebut, pemberian konseling untuk remaja broken home membutuhkan pendekatan khusus dari para konselor sebaya, antar sesama remaja.

"BKKBN adalah sahabat keluarga, tapi bagaimana dengan anak-anak yang justru tidak punya keluarga. Hal ini yang akan tetap kita perhatikan, terutama dengan fokus di program untuk mendukung anak remaja Broken Home. Kita harus mengisi para remaja ini dengan pengetahuan, hingga akhirnya mengubah mindset dan pikiran mereka (menjadi lebih baik)," lanjut Hasto.

BKKBN melatih para konselor sebaya bagi para remaja broken home yang terdiri dari 11 orang konselor sebaya dari komunitas anak dan remaja Broken Home (Be Home) Indonesia dan 11 konselor sebaya dari Forum GenRe Indonesia (FGI).

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya