Cerita Pilu Seorang Ibu yang Anaknya Alami Paru-Paru Kolaps

Lain halnya dengan kasus kali ini, seorang bayi prematur harus dirawat di unit intensif selama hampir dua minggu karena paru-parunya kolaps.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 18 Jun 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2020, 07:00 WIB
operasi bayi 2
Ilustrasi./Copyright unsplash.com/wes hicks

Liputan6.com, Jakarta Ketika seorang bayi menangis, biasanya itu tanda mereka berkomunikasi, atau merupakan cara mereka mengembangkan fungsi paru-paru. Lain halnya dengan kasus kali ini, seorang bayi prematur harus dirawat di unit intensif selama hampir dua minggu karena paru-parunya kolaps.

Seperti dilansir Foxnews, bayi tersebut bernama Robyn Theaker. Ia lahir prematur pada bulan Maret, lima minggu lebih awal dengan berat lahir hanya sekitar 2300 gram.

"Saat lahir pun, sang bayi nampaknya mengalami kesulitan bernapas. Berdasarkan hasil rontgen, ditemukan dua lubang kecil di kedua paru-parunya, yang menyebabkan udara masuk terlalu banyak dan terlalu cepat setiap kali ia menangis, ujar ibunya, Kylie.

Lalu paru-paru Robyn akhirnya kolaps yang mengharuskannya dirawat secara intensif selama 11 hari.

"Selama 11 hari saja sudah terasa seperti 11 bulan bagi saya. Saya benar-benar kesepian kala itu. Biasanya Anda akan ditemani keluarga untuk melawatinya bersama-sama, namun saat itu hanya ada saya dan Robyn (karena pembatasan jumlah pengunjung rumah sakit selama pandemi Covid-19)," kata Kylie.

"Saya tidak bisa memikirkan hal lain. Saya benar-benar mengkhawatirkannya karena ia pasti sangat kesakitan. Sedangkan yang bisa saya lakukan untuknya adalah selalu berada disana bersamanya," lanjutnya.

 

Robyn mulai pulih

Liputan 6 default 3
Ilustraasi foto Liputan 6

Beruntung, setelah mendapat perawatan, Robyn menunjukkan kemajuan selama masa perawatan intensif, hingga akhirnya bisa bernapas sendiri.

Bahkan setelah Robyn dibolehkan pulang ke rumah, ibunya masih khawatir kalau putrinya ini akan terkena Covid-19.

"Beberapa minggu pertama setelah keluar rumah sakit, saya tidak bisa menikmatinya. Saya terus memperhatikannya, berjaga-jaga jika suatu yang buruk terjadi pada putri saya," katanya, seraya menambahkan ia bisa membawa pulang putrinya pada 29 Maret.

"Ketika keadaan berangsur-angsur pulih (ke masa kenormalan baru), saya sangat bersemangat untuk masa depan. Anak-anak saya yang lainnya juga sanghat terobsesi dengan saudara baru mereka ini.

Robyn yang memiliki awal kehidupan yang sulit, namun untungnya telah pulih. Kini ia sehat dan bahagia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya