WHO Sebut 120 Juta Tes Cepat COVID-19 untuk Negara-Negara Miskin

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, sejumlah 120 juta tes cepat untuk mendeteksi virus Corona baru akan bisa diakses oleh negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 29 Sep 2020, 07:42 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2020, 07:42 WIB
Tenaga Medis Kota Bekasi Jalani Rapid Test Covid-19
Petugas menunjukkan hasil tes cepat (rapid test) pendektesian COVID-19 kepada tenaga medis di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (25/3/2020). Pemeriksaan hanya diperuntukan bagi tenaga medis seluruh puskesmas, dan rumah sakit yang ada di Kota Bekasi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, sejumlah 120 juta tes cepat untuk mendeteksi virus Corona baru akan bisa diakses oleh negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah. Tes COVID-19 tersebut akan dibanderol maksimum 5 dollar AS (setara Rp74.428) per satuannya.

Tersedianya tes cepat yang bisa diandalkan dan murah tersebut, menurut WHO akan membantu 133 negara melakukan pelacakan infeksi dan mengatasi kesenjangan dengan negara kaya.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, produsen alat medis Abbott dan SD Biosensor telah sepakat dengan Yayasan Bill & Melinda Gates untuk menyediakan 120 juta tes rapid COVID-19 portable dan sangat mudah digunakan selama lebih dari enam bulan.

Dilansir Channelnewsasia, berbicara dalam konferensi di Jenewa, Tedros mengatakan saat ini tes cepat tersebut dihargai maksimum 5 dollar. Namun, ia berharap harga alat tes tersebut bisa lebih murah.

"Ini akan memungkinkan perluasan testing, terutama di area yang sulit dijangkau dan tak memiliki fasilitas laboratorium atau pun pekerja medis terlatih untuk melaksanakan tes," ujar Tedros, Senin (28/9/2020).

Menurutnya, ketersediaan alat tes cepat tersebut merupakan hal penting dalam kapasitas testing terutama di wilayah dengan penularan tinggi.

 

 

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

Mudah Digunakan

Menanggapi hal itu, chief executive officer Foundation for Innovative New Diagnostic (FIND) Catharina Boehme mengatakan perjanjian tersebut menjadi loncatan besar mengingat pentingnya peningkatan testing di negara-negara miskin. FIND adalah organisasi non-profit yang berbasis di Jenewa.

"Ini adalah garis pertahanan pertama kita, penting untuk negara-negara melakukan pelacakan, tracing, dan mengisolasi (orang yang terinfeksi) untuk menghentikan penyebaran virus serta memastikan bahwa kita tidak berjalan tanpa arah," ujar Catharina.

Catharina juga menyebut ada dua tes COVID-19 berkualitas tinggi yang merupakan bagian pertama tes yang tengah dikembangkan oleh WHO untuk penggunaan darurat. Tes antigen tersebut tidak memerlukan laboratorium dan hanya diperlukan 15 menit untuk menunjukkan hasilnya. Catharian Boehme beranggapan hal itu akan membantu memerluas testing.

"Tesnya pun sangat mudah digunakan seperti tes kehamilan," ujarnya.

Berguan untuk Melacak Kasus di Wilayah Terpencil

Sebelumnya organisasi nirlaba lain yang juga berbasis di Jenewa, The Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria telah mengumpulkan 50 juta dollar untuk mendanai ketersediaan alat tersebut. Direncakanan, pemesanan pertama akan dikirim dalam minggu ini.

Sementara pemimpin teknis penanganan COVID-19 WHO Maria Van kerkhove mengatakan, banyak tes tengah dievaluasi dan hasilnya akan dibagikan secara daring. Ia juga mengatakan, tes COVID-19 sangat berguna di lokasi terpencil dan untuk menyelidiki klaster cara cepat dan membantu mengatasi penyebaran virus di masyarakat.

"Ini akan sangat-sangat membantu bagi masyarakat dan negara-negara bisa tahu di mana virus berada serta siapa saja yang terinfeksi," katanya.

 

Infografis

Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati
Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya