Liputan6.com, Jakarta Survei World Heart Federation (WHF) memaparkan, pasien COVID-19 dengan riwayat penyakit jantung mempunyai tingkat kematian lebih tinggi. Bila dibandingkan dengan pasien COVID-19 dengan hipertensi, kematian dari pasien yang punya riwayat penyakit jantung jauh lebih tinggi.
"Pasien dengan COVID-19 dan kardiovaskular memiliki tingkat kematian yang jauh lebih tinggi (10,5 persen) ketimbang pasien COVID-19 yang punya hipertensi (6,0 persen)," tulis tim WHF dalam survei yang diterima Health Liputan6.com, Selasa (29//9/2020).
Advertisement
"Angka ini juga terlihat bila dibandingkan dengan 0,9 persen pasien tanpa kondisi komorbid yang dilaporkan. Persentase kematian pasien COVID-19 yang punya riwayat penyakit jantung lebih tinggi."
Hasil survei yang dipublikasikan WHF pada 16 April 2020 juga menunjukkan, aritmia (gangguan irama jantung) terjadi pada 17 persen pasien. Infeksi paru akut dapat mengganggu kestabilan pasien penyakit jantung, termasuk gagal jantung dan aterosklerosis.
"Kondisi ini memicu infark miokard akut--penyumbatan aliran darah ke otot jantung--yang telah dilaporkan pada pandemi COVID-19. Lalu terjadi penurunan fungsi jantung, yang akan memperburuk penanganan COVID-19 pada pasien," papar tim WHF.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Dilakukan di Lebih dari 100 Negara
Infeksi COVID-19 memicu badai peradangan akut. Respons peradangan yang kuat bertanggung jawab atas cedera paru-paru yang mengakibatkan cedera miokard dan gangguan fungsi jantung.
Temuan pada beberapa pasien, COVID-19 berinteraksi dengan sistem kardiovaskular di berbagai tingkatan. Individu dengan penyakit jantung lebih rentan terhadap COVID-19 dan cedera dan disfungsi miokard, kerusakan kritis, dan kematian.
Partisipan pasien COVID-19 ini merupakan pasien yang dirawat di rumah sakit dari lebih dari 100 negara. Setiap pusat kesehatan merekrut antara 50 dan 200 pasien berturut-turut. Pengumpulan data survei dikoordinasikan 'Public Health Foundation of India' (PHFI) dan 'Center for Chronic Disease Control' (CCDC) di India.
Adapun partisipan di antaranya, pasien di Argentina, Bosnia dan Herzegovina, Brasil, Ghana, India, Iran, Jepang, Kenya, Nigeria, Pakistan, Portugal, Afrika Selatan, dan Sudan.
Â
Advertisement