Liputan6.com, Jakarta Informasi di saat seperti ini begitu mudah didapatkan. Namun, kualitasnya juga beragam. Ada yang tinggi kualitasnya, namun banyak juga yang sebaliknya. Begitu pula informasi tentang vaksin. Banyak sekali beredar dan berseliweran informasinya.
Ada dua tantangan yang dihadapi yaitu mitos dan hoaks soal vaksin. Di ruang publik, banyak tersebar infodemic atau informasi seputar pandemi yang sudah diselewengkan.
Baca Juga
“Hoaks dan mitos merupakan persoalan yang serius bagi masyarakat, bahkan seringkali dipercaya dan menutupi fakta sebenarnya. Umumnya hoaks tersebar serta menjadi pembicaraan di ruang-ruang digital seperti media sosial dan grup percakapan Aplikasi tertentu,” kata Staf Ahli Menteri Bidang Hukum Kementerian Komunikasi dan Informatika, Prof. Dr. Henri Subiakto secara daring dalam Dialog Produktif yang dilaksanakan di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), ditulis Jumat (16/10).
Advertisement
Bahkan ada juga mitos tentang vaksin, seringkali dianggap fakta. Karena begitu seringnya mitos tersebut didengungkan. Misalnya efek samping vaksin justru membuat sakit. Ini adalah mitos. Namun, terjadinya demam adalah fakta. Demam itu bukanlah sakit tetapi reaksi umum yang dikenal sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Suhu badan meningkat setelah vaksinasi itu bisa dikatakan lumrah dan mudah ditangani.
Prof. Henri menegaskan bahwa masyarakat akan sehat jika memiliki pemahaman yang benar dan berasal dari sumber yang benar. Untuk itu, selalu melakukan cek dan konfirmasi pada ahlinya.