Perempuan 4 Kali Lebih Berisiko Kena Osteoporosis Ketimbang Laki-Laki, Mengapa?

Data Perhimpunan Osteoporosis Indonesia menyebutkan bahwa osteoporosis atau keropos tulang 4 kali lebih sering terjadi pada perempuan ketimbang laki-laki.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 23 Okt 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2020, 17:00 WIB
karakter zodiak
ilustrasi perempuan bekerja/Photo by Polina Zimmerman from Pexels

Liputan6.com, Jakarta Data Perhimpunan Osteoporosis Indonesia menyebutkan bahwa osteoporosis atau keropos tulang 4 kali lebih sering terjadi pada perempuan ketimbang laki-laki.

Menurut Pakar Gizi Medik FKUI-RSCM Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc, 41,8 persen laki-laki dan 90 persen perempuan mengalami pengurangan kepadatan tulang atau osteopenia. Kondisi ini akan dengan cepat mengarah pada terjadinya osteoporosis.

“Pada kenyataanya, 1 dari 2 perempuan dan 1 dari 5 laki-laki sudah menderita osteoporosis,” ujar Saptawati dalam webinar CDR, Kamis (22/10/2020).

Ia menambahkan, hal yang ditakutkan dari terjadinya osteoporosis adalah patah tulang. Banyak hal yang menyebabkan patah tulang, namun dalam konteks osteoporosis, patah tulang disebabkan oleh meningkatnya kehilangan tulang pada tubuh yang umumnya karena proses penuaan serta faktor gaya hidup, diet, dan aktivitas fisik.

“Mungkin kita punya kondisi medis tertentu sehingga harus mengonsumsi obat tertentu sehingga harus menghilangkan massa tulang kita.”

Secara fisiologis perempuan akan mengalami kehamilan dan laktasi yang akan meningkatkan hilangnya massa tulang. Perempuan juga akan mencapai masa berhenti datang bulan yang otomatis hilang pula hormone estrogen yang selama ini mampu menjaga kesehatan tulang.

“Ini adalah alasan mengapa perempuan lebih berisiko mengalami osteoporosis.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Berikut Ini:


Tak Hanya Perempuan Lansia

Saptawati menyinggung tentang hasil penelitian pada 2019 yang menyebutkan bahwa faktor usia sangat memengaruhi kejadian osteoporosis. Selain itu, berat badan yang kurang juga menjadi salah satu faktor risiko.

“Jadi kalau berat badannya kurang, kuru situ cenderung mengalami osteoporosis. Terkait masa menopause, kalau sudah berlangsung lama dan hormon estrogennya juga sudah semakin menipis maka risiko osteoporosis pada perempuan akan semakin meningkat.”

Ia menambahkan, osteoporosis tidak hanya terjadi pada perempuan usia tua tapi juga pada usia muda.

“Penelitian yang meneliti perempuan dewasa muda menemukan bahwa sudah ada sekitar 30 persen yang mengalami penurunan kepadatan tulang dan sekitar 3 persen sudah mengalami osteoporosis. Ini dikaitkan dengan konsumsi susu, suplementasi kalsium dan vitamin D, serta aktivitas fisik,” tutupnya.


Infografis Olahraga

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya