Liputan6.com, Jakarta - Indonesia menunda pendistribusian 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca yang sudah tiba di Tanah Air. Sementara itu, 10 negara Eropa menangguhkan penggunaan vaksin ini terkait munculnya 40 kasus penggumpalan atau pembekuan darah.
Terkait hal ini, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Siti Nadia Tarmizi mengatakan penundaan distribusi vaksin AstraZeneca yang sudah tiba pada 8 Maret lalu dilakukan untuk quality control. Seperti mengecek vial vaksin dan kemasan vaksin yang diterbangkan dari pabrik vaksin AstraZeneca itu.
Baca Juga
"Jadi, kita menunggu pengecekan quality control, apa ada vial yang rusak, kemasan yang tidak baik sebelum didistribusikan," kata Nadia dalam jumpa pers daring, pada Selasa (16/3/2021).
Advertisement
Alasan lain penundaan lebih kepada kehati-hatian sebelum vaksin AstraZeneca disuntikkan kepada target sasaran di Indonesia. Maka dari itu, saat ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bersama Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) serta para ahli sedang mengecek kembali kriteria penerima vaksin Sinovac bakal sama atau tidak dengan penerima vaksin AstraZeneca.
BPOM dan ahli juga akan mengkaji kembali mengenai jarak pemberian suntikan dosis pertama dan kedua pada vaksin AstraZeneca. Hal ini mengingat, Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan rentang waktu optimal pemberian dosis kedua ada 9-12 minggu setelah suntikan pertama.
"Jadi, kita betul-betul menjamin segi mutu, apakah di dalam vial vaksin AstraZeneca itu ada perubahan warna serta pemeriksaan fisik lewat quality control. Lalu, pararel dengan itu (BPOM, ITAGI, dan pakar) mengecek kriteria penerimaan vaksin AstraZeneca sama atau tidak dengan Sinovac," terangnya.
Proses pengecekan kualitas produk vaksin tersebut, kata Nadia, berlangsung hingga 2 sampai 3 pekan ke depan.
Â
Soal Penangguhan AstraZeneca di Sejumlah Negara Eropa
Nadia juga angkat bicara mengenai 10-11 negara Eropa yang menangguhkan vaksin AstraZeneca. Wanita berkaca mata ini menekankan bahwa negara-negera tersebut menangguhkan pemberian vaksin, bukan membatalkan pemberian AstraZeneca.
"Menunda sementaa sampai mendapatkan informasi yang lebih jelas dari BPOM Eropa ataupun WHO," kata Nadia.
Meski begitu, pada 11 Maret 2021 lalu, European Medicines Agency (EMA) serta Medicines and Healthcare products Regulatory Agency (MHRA) Inggris mengatakan bahwa tidak ada hubungan divaksin AstraZeneca dengan penggumpalan darah.
Lalu, data juga menunjukkan bahwa hingga saat ini sudah 17 juta orang divaksin AstraZeneca dan laporan penggumpalan darah ada 40. Sehingga selain tidak adanya hubungan antara suntikan vaksin AstraZeneca dengan penggumpalan darah, efek samping tersebut juga kasusnya sedikit. "Sebenarnya, kasusnya kecil," kata Nadia.
Melihat data yang ada, Nadia mengatakan agar masyarakat tidak usah panik terkait hal ini. Data menunjukkan bahwa vaksin AstraZeneca memiliki keunggulan efektif pada orang lanjut usia dengan komorbid.Â
Â
Advertisement