Liputan6.com, Jakarta - Sistem kekebalan tubuh begitu dibutuhkan dalam menghadapi masa pandemi seperti saat ini. Makanan yang kita konsumsi pun perlu diperhatikan. Namun, sebuah penelitian baru-baru ini mempertanyakan dampak bahan pengawet makanan pada sistem kekebalan tubuh.
Sebuah studi baru-baru ini menilai efek berbahaya dari bahan kimia tambahan makanan dan zat kontak makanan pada sistem kekebalan tubuh. Studi ini membandingkan hasil pengujian toksikologi laboratorium (ToxCast) dengan data dari pengujian hewan sebelumnya dan studi epidemiologi.
Baca Juga
Hasil ToxCast dan data penelitian hewan yang tersedia memastikan bahwa pengawet makanan umum yang disebut tert-Butylhydroquinone (TBHQ) mungkin berdampak negatif pada fungsi sistem kekebalan.
Advertisement
Studi tersebut menegaskan perlunya penelitian terbaru dan tinjauan Food and Drug Administration (FDA) menyeluruh dari bahan kimia tambahan makanan dan zat kontak makanan untuk menilai toksisitas sistem kekebalan dan melindungi keamanan publik.
Simak Juga Video Berikut Ini
Efek Imunotoksik
Dikutip dari Medical News Today, berbagai bahan kimia umum disebut dapat merusak sistem kekebalan, menyebabkannya tidak berfungsi. Ini dikenal sebagai imunotoksisitas. Efek berbahaya ini mungkin bersifat sementara atau permanen.
Efek imunotoksik yang mungkin terjadi meliputi:
- Hipersensitivitas
- Peradangan kronis
- Imunosupresi, atau gangguan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi
- Imunostimulasi, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan melalui respons imun
- Autoimunitas
Secara khusus, jika zat imunotoksik menyebabkan tubuh memproduksi lebih sedikit antibodi, hal itu dapat berdampak pada perang melawan infeksi aktif dan perlindungan terhadap infeksi yang akan datang.
FDA saat ini mewajibkan pengujian imunotoksisitas untuk bahan tambahan makanan. Namun, sebagian besar aditif makanan menerima persetujuan beberapa dekade yang lalu, dan FDA tidak mengamanatkan pengujian yang diperbarui pada aditif yang telah disetujui sebelumnya.
Advertisement
Pengawet Makanan
TBHQ adalah pengawet umum yang digunakan produsen untuk memperpanjang masa simpan produk mereka.
Menurut Kelompok Kerja Lingkungan (Environmental Working Group / EWG), TBHQ ada di hampir 1.250 makanan olahan. Namun, bahan kimia ini memiliki efek imunotoksik pada hewan percobaan.
Bahan kimia ini juga dapat larut dari pengemasan atau peralatan pengolah makanan menjadi makanan. Beberapa kantong, kotak, dan pembungkus makanan dilapisi dengan zat Per- polyfluoroalkyl substances (PFAS).
Bahan berbasis PFAS juga umum digunakan pada lapisan antilengket pada peralatan masak, gasket pada peralatan pemrosesan makanan, dan plastik yang dapat digunakan berulang kali.
Para peneliti menganalisis total 63 aditif makanan langsung lebih dari 10 label produk yang dijual di AS pada 2018-2020. Mereka juga secara khusus menilai sembilan PFAS yang teridentifikasi bermigrasi dari kemasan makanan ke makanan.
FDATrusted Source memerlukan pengujian imunotoksisitas hanya untuk zat kontak makanan dengan paparan harian yang tinggi. Imunotoksisitas banyak aditif makanan dan zat kontak makanan sebagian besar belum diketahui.
Ketersebaran data imunotoksisitas saat ini yang mendorong para peneliti dari EWG untuk melakukan penelitian dalam mengevaluasi efek imunotoksik dari bahan tambahan makanan dan zat kontak makanan yang umum. Mereka juga menilai kegunaan data ToxCast dalam skrining untuk imunotoksisitas.
Penulis utama studi Dr. Olga Naidenko, Ph.D., wakil presiden EWG untuk investigasi sains, menekankan pentingnya penelitian ini.
"Pandemi telah memusatkan perhatian publik dan ilmiah pada faktor lingkungan yang dapat memengaruhi sistem kekebalan. Sebelum pandemi, bahan kimia yang dapat merusak pertahanan sistem kekebalan terhadap infeksi atau kanker tidak cukup mendapat perhatian dari badan kesehatan masyarakat. Untuk melindungi kesehatan masyarakat, ini harus diubah," tegas Naidenko.
Infografis
Advertisement