Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo meraih penghargaan Tokoh Bebas Stunting dalam Anugerah Perempuan Hebat Indonesia 2021. Acara ini merupakan gelaran tahun ketiga yang diselenggarakan Liputan6.com.Â
Penghargaan yang didapuk hari ini, 21 April, bertepatan peringatan Hari Kartini, atas sepak terjang Hasto Wardoyo menangani stunting. Di tangan Hasto, program penurunan stunting di BKKBN menjadi salah satu fokus utama yang digencarkan. Berbagai kemitraan dilakukan demi penurunan stunting.
Advertisement
Dari catatan Health Liputan6.com, Hasto ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Ketua Pelaksanaan Penurunan Stunting. Hal itu disampaikan Jokowi saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Kemitraan Program Bangga Kencana di Istana Kepresidenan Jakarta pada 28 Januari 2021.
Angka stunting turun menjadi 27,6 persen pada 2019. Target penurunan stunting Indonesia pada 2024 sebesar 14 persen. Baru-baru ini, BKKBN menjalin 1.000 mitra kerja daerah untuk program stunting. Kemitraan pun bersifat pentahelix atau tetra helix.
Artinya, kerjasama dan kemitraan yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta, organisasi masyarakat, dan aktivis, komunitas, maupun individu, baik tingkat nasional maupun daerah.
“Penggalangan kemitraan pentahelix atau tetra helix dilakukan dengan prinsip menerima apapun yang diberikan mitra swasta terkait intervensi stunting, sehingga BKKBN menjadi fasilitator kegiatan," kata Hasto di Jakarta pada 12 April 2021.
"Adapun penggalangan kemitraan sudah dilaksanakan soft launching pada tanggal 8 April 2021, yang mana mitra kerja siap mendukung, seperti 1.000 Days Fund (Hari Pertama Kehidupan) serta provinsi dapat melaksanakan relaunching yang bersifat lokal."
Mitra yang bekerja sama, harap Hasto Wardoyo dapat mendukung Percepatan Penurunan Stunting, yaitu minimal 1.000 mitra sampai tahun 2024.
"Saya optimis menggalang 1.000 mitra kerja, baik dari Operasi Perangkat Daerah (OPD) KB, perusahaan-perusahaan, dan media dalam mendorong percepatan stunting dapat dilakukan," ucapnya.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Jalin 1.000 Mitra Kerja Sama demi Penurunan Stunting
Strategi menjalin 1.000 mitra kerja, yang diinisiatif Hasto Wardoyo dalam bentuk sponsorship atau dukungan swasta. Hal ini pun diharapkan tidak sesaat, tapi berkelanjutan minimal 6 bulan, idealnya 1 tahun.
Sejalan itu, para kader BKKBN Provinsi ditargetkan menjalin minimal sebanyak 5 perusahaan swasta. Kemudian minimal 10 mitra kerja di daerah dan minimal 4 media lokal yang akan berpartisipasi dalam orang tua asuh.
"Ini membantu anak (cegah) stunting di masa pas kehamilan, kelahiran sampai usia 1,5 tahun," lanjut Hasto sebagaimana keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com.
Secara umum, teknis pelaksanaan penggalangan ini dilakukan dengan mensinergikan multi aktor dan peran stakeholder di daerah. Dari sisi regulasi, BKKBN Pusat akan mendorong Rancangan Peraturan Presiden terkait stunting, yang telah mendapat dukungan dari Komisi IX DPR RI untuk segera ditandatangani.
Salah satu kegiatan, seperti penyediaan pangan yang bergizi bagi ibu hamil dan balita, penyelenggaraan Corporate Social Responsibility (CSR), menjadi sponsor dalam program intervensi sesuai dengan perusahaan, mengkampanyekan perubahan perilaku dalam pencegahan stunting, dan lain-lain.
Penurunan prevelansi stunting merupakan pilar utama bagi pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas di masa depan. Oleh karena itu, misi 1.000 mitra kerja sama perlu melibatkan pihak-pihak di luar pemerintah.
Advertisement
1.000 Mitra untuk 1.000 Hari Pertama Kehidupan
Upaya jalin kerja sama 1.000 mitra dilanjutkan Hasto Wardoyo ke Kapanewon Godean, Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada 12 April 2021. Bahwa penting sekali 1.000 mitra untuk 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bekerja sama menurunankan stunting.
"Penting sekali dukungan, partisipasi, dan aksi dari berbagai elemen masyarakat, baik pemerintah, swasta, organisasi masyarakat, komunitas, dan individu untuk bergabung dalam wadah 1000 Mitra untuk 1000 Hari Pertama Kehidupan," tambah Hasto di Kapanewon Godean, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Senin (12/4/2021).
“Pondasi utama kehidupan manusia di masa depan dapat dipengaruhi oleh pengasuhan pada 1.000 HPK, yang dimulai sejak awal konsepsi atau selama 270 hari masa kehamilan serta 730 hari setelah lahir (hingga anak berusia 2 tahun)."
Pada periode tersebut, terjadi perkembangan otak, sistem metabolisme tubuh, dan pembentukan sistem kekebalan tubuh yang cepat. Apabila pada masa itu terlewati dan anak terlanjur stunting akan sangat sulit terkoreksi lagi.
Upaya penanganan stunting yang dilakukan oleh lembaga pemerintah, pihak swasta, organisasi masyarakat, dan aktivis, komunitas maupun individu, baik tingkat nasional maupun daerah. Tujuannya, mendukung program pendampingan dan intervensi stunting di tingkat keluarga dan ibu-ibu hamil di seluruh Indonesia, selama 1.000 hari.
Calon Ayah dan Ibu Persiapkan Kesehatan dengan Baik
Dalam kunjungan ke Kabupaten Sleman, Hasto Wardoyo melakukan penandatanganan MoU kerjasama program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana), termasuk di dalamnya percepatan penurunan stunting bersama Pemuda Muhammadiyah dan Gerakan Pemuda (GP) Ansor.
"Saya harapkan dukungan pada teman-teman Pemuda Muhammadiyah dan GP Ansor untuk membantu memberikan konseling dan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) pada masyarakat," harap Hasto di West Lake Resto, Sleman, Yogyakarta pada 13 April 2021.
"Khususnya generasi muda terkait dengan stunting dan bahayanya menikah di usia dini."
Pondasi utama kehidupan manusia di masa depan, tegas Hasto, dapat dipengaruhi oleh pengasuhan pada 1.000 HPK.
"Calon ayah dan ibu harus juga mempersiapkan pra konsepsi. Ini demi menghasilkan kehamilan dan bayi yang sehat di masa depan. Banyak perempuan siap nikah yang mengalami anemia atau memilik Hemoglobin (Hb) di bawah normal," tegas mantan Bupati Kulon Progo ini.
"Untuk menaikkan Hb hingga normal, dibutuhkan waktu 90 hari dengan mengonsumsi tablet tambah darah. Sehingga alangkah idealnya, 90 hari sebelum menikah itu kita periksa dulu Hb-nya, berat badannya, tinggi badannya. Kemudian dilihat status gizinya, lalu anemia atau tidak."
Advertisement