Liputan6.com, Jakarta - Isu stunting di Indonesia tengah menjadi bahasan serius di antara ahli dan pengamat kesehatan. Menurut ahli gizi komunitas, Tan Shot Yen, penanganan stunting memerlukan kerja sama dari berbagai pihak.
Tan menambahkan, Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber pangan seperti sayur, buah, dan ikan. Bahkan, Indonesia disebut memiliki sumber pangan terbaik dan terbanyak di Asia Tenggara.
Baca Juga
“Cuma satu, bagaimana pemerintah dalam rangka mengentaskan contohnya stunting atau gizi buruk apapun itu bisa memberdayakan seluruh instansi pemerintah supaya antar kementerian enggak jalan sendiri-sendiri,” ujar Tan dalam diskusi daring yang disiarkan di YouTube pribadi Deputi II Kepala Staf Kepresidenan di Kantor Staf Presiden pada Kabinet Kerja, Yanuar Nugroho, dikutip Sabtu (8/5/2021).
Advertisement
Misalnya, lanjut Tan, Kementerian Kesehatan perlu menyarankan asupan yang baik untuk anak-anak seperti telur, ikan, dan lain-lain. Namun, jika kemudian Kementerian Pendidikan tidak mendukung dengan kampanye pembelajaran kesehatan di usia dini, maka anak-anak atau keluarga tidak akan bicara tentang pola makan yang baik itu seperti apa.
“Lain dengan di negara-negara maju, kalau kita bicara dengan anak SD, mereka sudah hafal banget dengan makanan yang bisa dikonsumsi setiap hari apa, makanan yang perlu dibatasi apa, dan makanan yang tak boleh disentuh itu seperti apa.”
Simak Video Berikut Ini
Perbaikan Mulai dari Orangtua
Terkait masalah ini, Tan melihat bahwa orangtua sekarang seperti anak kecil yang sudah pintar membuat anak kecil.
“Dan ini mengerikan sekali, karena kalau Anda bicara dengan anak usia 28 yang siap menjadi orangtua dan ditanya bagaimana cara merawat anak, mereka akan mengatakan itu mudah saja. Jika tidak keluar Asi ya alternatifnya susu formula, kalau sibuk kerja ya kasih MP Asi yang instan.”
Namun, faktanya orang makan bukan hanya dari nutrien, orang makan bicara tentang pangan, kata Tan. Pangan berarti bukan hanya makan protein, tapi kita bisa makan ayam, ikan, telur dan kita menyukai makanannya.
“Dan makanan itu mencerminkan bangsa, saya bisa melihat betapa sedihnya bangsa ini yang memiliki begitu banyak makanan sehat, tapi dihabiskan hanya karena proses globalisasi (proses mengolah) yang tidak terarahkan,” tutup Tan.
Advertisement