Diare Usai Lebaran, Kenapa Anus Jadi Perih?

Sehari diare dengan bolak balik buang air besar (BAB) membuat anus terasa perih padahal feses cair. Mengapa bisa begitu ya?

oleh Melly Febrida diperbarui 15 Mei 2021, 20:00 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2021, 20:00 WIB
Diare
Diare usai Lebaran (sumber foto: pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Diare usai Lebaran? Pasti tidak menyenangkan. Sehari diare dengan bolak balik buang air besar (BAB) membuat anus terasa perih padahal feses cair.

Cynthia Taylor, asisten dokter bidang gastroenterologi, mengatakan diare terjadi ketika usus tidak cukup menyerap cairan dari kotoran tubuh. Ini berarti tinja akan mengandung kelebihan cairan. Alhasil, tinja bakal encer berisi cairan - dengan atau tanpa nyeri rektal - tiga kali atau lebih setiap hari.

Terkadang, pada kasus yang intens atau kronis, diare dapat menyebabkan rasa terbakar yang menyakitkan anus. Diare yang menyebabkan anus terasa seperti terbakar ini biasanya bukan gejala dari kondisi kesehatan yang serius. Namun, kondisi ini bisa menyebabkan perasaan sangat tidak nyaman.

“Sebagian besar serangan diare akan sembuh dalam beberapa jam atau hari, baik tanpa pengobatan atau dengan bantuan pengobatan dasar rumahan,” kata Taylor dilansir dari Medical News Today.

Namun, Taylor memperingatkan bahwa diare yang berlangsung lama dapat menyebabkan malanutrisi dan dehidrasi parah. Tanpa pengobatan, dehidrasi bisa berakibat fatal.

“Jika seseorang mengalami diare terbakar yang berlangsung lebih dari 2 atau 3 hari atau sangat menyakitkan atau berdarah, mereka harus mencari pertolongan medis,” ujar Taylor.

Simak Juga Video Berikut:

Penyebab Anus Perih saat Diare

Mengatasi Diare dan Sakit Perut
Ilustrasi Sakit Perut Credit: pexels.com/Demon

Ada beberapa penyebab seseorang mengalami diare dengan sensasi anus terasa bakar alias perih. Hal ini terkait dengan lambung, enzim pencernaan, dan empedu. Taylor menjelaskan ketika makanan memasuki lambung, asam, dan enzim pencernaan menempel dan mulai memecahnya.

Sistem pencernaan menambahkan empedu-yakni berupa cairan berwarna hijau kekuningan yang mengandung pigmen bilirubin, biliverdin dan urobilin yang diproduksi dan disekresikan oleh organ hati- ke makanan saat melewati usus kecil. Pada saat makanan melewati, asam dan enzim ini seharusnya tidak lagi bersifat asam.

Namun, diare mempercepat proses pencernaan, sehingga makanan seringkali tidak terurai sepenuhnya.

“Ini berarti asam lambung, enzim pencernaan, dan empedu mungkin masih ada pada diare. Ini dapat merusak jaringan dan menyebabkan sensasi terbakar di rektum selama atau setelah buang air besar,” jelas Taylor.

Ketika diare, lanjut Taylor, bisa jadi makanan tidak sepenuhnya rusak saat keluar dari tubuh. Karena alasan ini, makanan yang besar dan kasar dan dengan biji, polong, atau cangkang yang bisa dimakan dapat menggesek, memotong, atau menyebabkan robekan kecil di jaringan halus rektum.

“Kadang-kadang, menyeka lebih keras atau lebih sering setelah buang air besar sudah cukup untuk meningkatkan iritasi dan menyebabkan diare terbakar,” ujarnya.

Sama halnya dengan makanan pedas. Beberapa rempah mengandung senyawa kimia yang menyebabkan sensasi hangat dan terbakar saat bersentuhan dengan jaringan tubuh.

“Capsaicin, bahan aktif utama di sebagian besar makanan pedas, juga terdapat dalam produk penghilang rasa sakit yang dijual bebas (OTC),” kata Taylor

Diare juga mempercepat proses pencernaan, capsaicin dari makanan pedas juga dapat meninggalkan tubuh sebelum rusak, menyebabkan sensasi terbakar saat tinja keluar.

Infografis Dilarang Mudik Lebaran 2021

Infografis Dilarang Mudik Lebaran 2021
Infografis Dilarang Mudik Lebaran 2021 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya