Dokter Paru: Mayoritas Penderita Long COVID-19 adalah Pria

Sementara itu, bila dilihat dari kelompok umur, mayoritas penderita long COVID-19 merupakan lansia dengan komorbid.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Jun 2021, 18:00 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2021, 18:00 WIB
Long COVID-19 (Foto: Unsplash)
Long COVID-19 (Foto: Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis paru Kepala Bagian Pembinaan Fungsi RS Bhayangkara TK I R. Said Sukanto, Yahya, mengatakan mayoritas penderita long COVID-19 adalah pria. 

"Tentang gender, rupanya laki-laki. Salah satu faktor utamanya yaitu kebiasaan merokok itu juga ikut memberatkan gejala terhadap adanya infeksi COVID-19," katanya dalam diskusi virtual, Kamis (3/6).

Jika dilihat dari kelompok umur, mayoritas penderita long COVID-19 merupakan lansia dengan komorbid. Misalnya, lansia memiliki komorbid jantung dan paru.

Yahya menjelaskan, berdasarkan riset Fakultas Kedokteran Universitas indonesia (FKUI), long COVID-19 terjadi setelah empat minggu terpapar virus SARS-CoV-2 dan dinyatakan negatif. Waktu yang dibutuhkan untuk pulih dari long COVID-19 pun beragam.

"Ada yang hanya sampai satu bulan, itu pun hanya 53,7 persen. Kemudian ada yang sampai 43,6 persen selama 1 hingga 6 bulan. Kemudian lebih dari 6 bulan itu 2,7 persen," paparnya.

 

Gejala Long COVID-19 Setiap Orang Berbeda

Menurut Yahya, gejala long COVID-19 yang dialami setiap orang berbeda-beda. Ada yang mengalami gejala lemas, sesak, nyeri sendi, batuk, anosmia, diare dan nyeri otot.

Hingga saat ini, belum diketahui penyebab utama munculnya long COVID-19. Namun, kondisi ini disinyalir disebabkan sejumlah hal, di antaranya gaya hidup tidak sehat, komorbid dan kejiwaan tidak stabil.

"Barangkali yang tidak kalah penting aspek kejiwaannya. Mungkin dia baperan, kan memang ada faktor titik lemahnya orang ini gampang depresi, gampang nervous. Itu juga menjadi salah satu faktor timbulnya long covid," tandasnya.

 

Penulis: Supriatin/Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya