Studi Skotlandia: Vaksin AstraZeneca Tidak Sebabkan Penggumpalan Darah

Berikut penelitian terkait vaksin AstraZeneca vs penggumpalan darah.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 10 Jun 2021, 09:43 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2021, 09:43 WIB
FOTO: 6 Jenis Vaksin COVID-19 yang Ditetapkan Pemerintah Indonesia
Gambar ilustrasi menunjukkan botol berstiker "Vaksin COVID-19" dan jarum suntik dengan logo perusahaan farmasi AstraZeneca, London, Inggris, 17 November 2020. Vaksin buatan AstraZeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford ini disebut 70 persen ampuh melawan COVID-19. (JUSTIN TALLIS/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi mengenai efek samping setelah vaksinasi COVID-19 menggunakan vaksin AstraZeneca di Skotlandia menemukan bahwa sebagian besar tidak berbahaya, serta tidak ada kaitan dengan penggumpalan darah di otak.

Penelitian yang dipimpin profesor dari Universitas Edinburgh, Aziz Sheikh, dengan melacak kesehatan 5,4 juta orang di Skotlandia menemukan adanya satu kasus tambahan Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) per 100.000 orang, yang terjadi usai menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca.

ITP merupakan penyakit yang menyebabkan tubuh mudah memar atau berdarah, karena rendahnya jumlah sel darah merah (trombosit).

Namun, para peneliti menyebut bahwa ITP dapat diobati dengan berbagai kemungkinan gejala, dan tidak menyebabkan kematian di antara kohort (sekelompok subjek yang memiliki karakteristik yang sama) yang dipantau untuk penelitian ini, yang mencakup 1,7 juta penerima vaksin AstraZeneca.

 

Simak Video Berikut Ini

Hubungan yang Tidak Jelas Antara Vaksin AstraZeneca dan Dampaknya

Sentra Vaksinasi Covid-19 bagi PKL dan Pelaku UMKM
Tenaga kesehatan mengambil serum vaksin AstraZeneca sebelum diberikan kepada peserta di Sentra Vaksinasi Covid-19, GOR Kemayoran, Jakarta pada Kamis (3/6/2021). (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine pada Rabu, 9 Juni 2021, menunjukkan, hubungan yang tidak jelas dengan pembekuan atau pendarahan arteri akibat vaksinasi menggunakan vaksin AstraZeneca.

Pun dengan pembekuan vena yang berpotensi mematikan di otak atau Cerebral venous sinus thrombosis (CVST), yang telah menimbulkan kekhawatiran di Eropa, khususnya Skandinavia, tidak terkait dengan vaksin AstraZeneca dalam analisis data.

Akan tetapi Aziz perlu menggarisbawahi bahwa kelangkaan kasus CVST membuat sampel data di Skotlandia mungkin terlalu kecil untuk menarik kesimpulan apa pun.

Hanya saja, Aziz, mengingatkan, vaksinasi lebih besar manfaatnya ketimbang risiko yang akan dihadapi penerimanya. 

Oleh sebab itu, Aziz mendorong siapa pun untuk tidak menolak undangan vaksinasi COVID-19. 

"Jangan tolak, terus maju," kata Aziz dikutip dari situs Channel News Asia pada Kamis, 10 Juni 2021.  

 

 

Pembekuan Darah vs Vaksin AstraZeneca

Vaksinasi Massal di Klaster Covid-19 Cilangkap
Petugas medis mengecek kesehatan warga sebelum divaksin di MTs As-Syafiiyah, Cilangkap, Jakarta, Kamis (3/6/2021). Vaksinasi massal bagi warga RT 03/RW 03 Cilangkap, Cipayung, Jakarta Timur menggunakan vaksin produksi AstraZeneca. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Kasus jumlah trombosit yang rendah dalam kombinasi dengan pembekuan darah yang dilaporkan dalam beberapa minggu setelah menerima vaksin AstraZeneca telah mengakibatkan pembatasan penggunaan suntikan pada orang yang lebih muda di seluruh Eropa, termasuk beberapa yang menghentikannya untuk segala usia.

 

Namun, kini Badan Uni Eropa, serta MHRA, telah memertahankan bahwa manfaat dari menerima dosis penuh vaksin lebih besar daripada risiko yang ditimbulkan.

Infografis 3 Vaksin dalam Program Vaksinasi COVID-19 Nasional Kantongi Izin WHO

Infografis 3 Vaksin dalam Program Vaksinasi Covid-19 Nasional Kantongi Izin WHO. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 3 Vaksin dalam Program Vaksinasi Covid-19 Nasional Kantongi Izin WHO. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya