Liputan6.com, Jakarta Beragam perasaan yang dimiliki anak, serta karakteristik yang khas dan khusus yang membuat mereka berbeda dengan teman seusianya. Maka penting bagi orangtua untuk dapat melatih emosi anak sesuai perkembangannya.
Anggia Hapsari, dokter spesialis kedokteran jiwa konsultan psikiatri anak dan remaja mengatakan, memiliki anak dengan kecerdasan emosional memerlukan tahapan dan waktu yang tidak sebentar.
Baca Juga
"Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan melatih anak meregulasi emosinya," kata dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah-Bintaro Jaya ini.
Advertisement
Dalam siaran pers yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Kamis (10/6/2021), Anggia mengungkapkan bahwa ada beberapa langkah yang dapat dilakukan orangtua, untuk membantu anak memiliki regulasi emosi:
- Kenali emosi atau perasaan diri
- Kenali emosi atau perasaan orang lain
- Hadir dan dengarkan perasaan anak
- Menanggapi dengan tepat apa yang menjadi kebutuhan anak
- Tidak bereaksi negatif saat anak rewel atau marah
- Menjadi role model
- Senang bermain dengan anak dan tertarik dengan aktivitas anak
- Ajarkan teknik-teknik relaksasiÂ
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Ledakan Emosi yang Harus Diwaspadai
Anggia juga mengatakan bahwa seringkali anak-anak dapat mengalami emosi yang negatif dan terkadang bisa menjadi ledakan emosi.
Menurutnya hal ini bisa dianggap wajar, tetapi ledakan emosi pada anak harus diwaspadai apabila:
- Tantrum dan ledakan terhadi pada tahapan usia perkembangan di mana seharusnya sudah tidak terjadi, yaitu di atas usia tujuh hingga delapan tahun
- Perilaku anak sudah membahayakan dirinya atau orang lain
- Perilaku anak menimbulkan masalah serius di sekolah
- Perilaku anak mempengaruhi kemampuannya bersosialisasi dengan teman, sehingga anak dikucilkan oleh teman-temannya
- Tantrum dan perilaku anak telah membuat distress atau kesulitan dalam keseharian keluarga
- Saat anak merasa tidak mampu mengendalikan emosi marahnya dan merasa dirinya buruk
Advertisement
Faktor Masalah Emosi
Menurut Anggia, ada beberapa faktor penyebab masalah emosi yang terjadi pada anak antara lain:
- ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
- Kecemasan atau anxiety
- Trauma
- Kesulitan belajar
- Gangguan pemrosesan sensori
- Spektrum autisme
- Sedikit mendapat kasih sayang dari keluarga maupun teman
- Terlalu terikat dengan satu figur yang dominan
Anggia mengatakan, kepercayaan terhadap orangtua dan model figur yang mereka amati dalam keluarga berperan dalam membentuk kepercayaan diri sang anak.
Menurutnya, hal itu dapat membantu anak meregulasi emosinya dan mendorongnya menjadi mandiri, serta berani mengambil risiko.
"Apabila si Kecil memiliki karakter ini, maka diharapkan anak dapat berperilaku tepat dalam lingkungan sosialnya dan terhindar dari masalah penyesuaian diri dalam hidupnya," pungkas Anggia.
Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi COVID-19
Advertisement