Liputan6.com, Jakarta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) laporkan capaian gerakan bulan pemantauan tumbuh kembang balita di posyandu selama periode 1 – 25 Juni 2021.
Menurut Direktur Bina Keluarga dan Anak BKKBN, Safrina Salim, jumlah sasaran balita yang disertakan dalam aplikasi pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat atau yang disebut e-PPGBM berjumlah 17.961.425.
Baca Juga
Sementara, jumlah balita yang diukur berat badannya sebanyak 1.318.574 dan jumlah balita yang diukur tinggi badannya sebanyak 1.236.557. Angka balita yang diukur tinggi badannya itu lebih rendah daripada jumlah balita yang diukur berat badannya.
Advertisement
“Hasil capaian layanan posyandu selama Juni dalam rangka kegiatan Hari Keluarga Nasional 2021 adalah jumlah posyandu yang ada 256,879 dan untuk posyandu yang buka selama Juni adalah 43.540 atau 22,17 persen dari jumlah posyandu yang ada secara nasional,” kata Safrina dalam seminar daring BKKBN, Sabtu (26/6/2021).
Simak Video Berikut Ini
5 Provinsi Tertinggi dan Terendah Buka Posyandu
Capaian gerakan bulan pemantauan tumbuh kembang balita di posyandu selama periode 1 – 25 Juni 2021 juga mengekspos 5 provinsi yang membuka posyandu terbanyak selama Juni.
Kelima provinsi tersebut yakni Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Bangka Belitung, dan Aceh.
“Riau 45,05 persen, Sulawesi Barat 36,67 persen, Sulawesi Tenggara 35,91 persen, Bangka Belitung 35,59 persen, Aceh 35,13 persen, kata Safrina.
Selanjutnya, 5 provinsi yang membuka layanan posyandu dengan jumlah terendah adalah Jawa Timur, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Bali, dan Papua.
“Jawa Timur 1,19 persen, DKI Jakarta 7,72 persen, Nusa Tenggara Barat 9,61 persen, Bali 9,68 persen, dan Papua 10,40 persen.”
Advertisement
Kontribusi di Masa Pandemi
Dalam acara yang sama, Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo menyampaikan rasa syukur karena pihaknya masih bisa bergerak dan melakukan banyak hal di tengah pandemi COVID-19.
“Satu hal yang kita syukuri di masa pandemi yang sulit ini kita masih bisa bergerak, berkontribusi positif mendukung keberhasilan menurunkan angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan stunting,” kata Hasto.
Ia mengingatkan, hal yang perlu disadari adalah adanya pergeseran demografi di mana sekarang ini populasi anak remaja dan usia produktif mendominasi penduduk. Artinya, ini adalah kesempatan baik untuk memetik bonus demografi.
“Artinya, 100 orang yang produktif itu cukup menanggung 44 orang, jadi bangsa kita ini kalau mau kaya kesempatannya sekarang, sebetulnya, tapi kebetulan banyak gangguan termasuk COVID-19,” ujarnya.
Infografis 7 Tips Cegah Klaster Keluarga COVID-19
Advertisement