Liputan6.com, Jakarta Pakar dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Prof Dr apt Keri Lestari menyampaikan cara menyikapi efek samping konsumsi obat, termasuk oseltamivir bila terjadi.
Menurutnya, efek samping yang timbul dari sebagian obat dapat diakibatkan reaksi alergi atau dosis yang tidak sesuai. Jika hal itu terjadi, maka Keri menyarankan pasien untuk melaporkan kepada dokter terkait hal-hal yang dirasakan.
Baca Juga
"Obat harus dipatuhi dosisnya, kalau memang ada efek samping harus segera dilaporkan kepada dokter atau perawat untuk dapat dipikirkan apa langkah selanjutnya,” kata Keri mengutip keterangan pers, Jumat (16/7/2021).
Advertisement
“Ada yang disebut dengan monitoring efek samping obat (MESO), ini akan dilaporkan ke regulator dalam hal ini BPOM bila memang terjadi efek samping obat yang hebat,’’ tambahnya.
Simak Video Berikut Ini:
Perkara Oseltamivir
Salah satu obat yang kini banyak diperbincangkan adalah oseltamivir. Dalam Revisi Protokol Tatalaksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi dijelaskan bahwa oseltamivir adalah obat antiviral yang digunakan untuk pengobatan dan pencegahan infeksi influenza tipe A dan B.
Obat ini bekerja dengan menghambat neuromidase yang dibutuhkan oleh virus influenza untuk merilis virus-virus baru di akhir proses replikasi. Oseltamivir diberikan secara empiris pada masa awal pandemi COVID-19 karena sulitnya membedakan gejala pasien COVID-19 dan pasien yang terinfeksi virus influenza.
Saat ini, oseltamivir dapat ditambahkan pada kondisi di mana pasien dengan COVID-19 dan diduga terinfeksi virus influenza dengan dosis 2 kali 75 miligram.
Oseltamivir baru-baru ini dibicarakan akibat pernyataan seorang penyintas COVID-19 yang mengaku merasa pusing dan muntah-muntah kurang dari satu menit setelah meminum obat tersebut. Padahal, Keri menganggap reaksi tersebut tidak pasti disebabkan oleh oseltamivir melainkan bisa karena faktor lain.
Advertisement
Reaksi Obat Oral
Dalam keterangan yang sama, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr apt Zullies Ikawati menambahkan, untuk dapat memberikan efek seperti yang diharapkan, obat memerlukan waktu yang cukup apabila digunakan secara oral atau diminum seperti oseltamivir.
Berbeda dengan obat yang diberikan secara injeksi, memang akan memberikan efek yang lebih cepat.
Obat yang diminum memerlukan waktu dan proses hingga sampai ke lambung. Di lambung obat akan diuraikan, kemudian diserap oleh lambung maupun usus. Obat tersebut kemudian akan diedarkan atau didistribusikan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah hingga sampai ke tempat aksinya untuk bekerja.
‘’Proses itu memerlukan waktu, jadi kalau dikatakan dalam waktu kurang dari 1 menit sudah terjadi reaksi yang cukup hebat seperti pusing dan muntah, maka dugaan saya bukan karena obat, mungkin karena ada faktor lain,” kata Zullies.
“Bisa jadi ada faktor psikologis atau mungkin memang ada faktor fisik, gejala COVID-19 ada yang sampai mual, muntah dan sebagainya, maka ada kemungkinan adalah karena faktor tersebut,’’ tegas Zullies.
Sebab bila terjadi dalam waktu kurang dari 1 menit, Zullies menduga, obat tersebut masih berada di lambung dan belum diserap sepenuhnya, sehingga belum memberikan efek terhadap tubuh, tutupnya.
Infografis 11 Aplikasi untuk Konsultasi Online dan Obat Gratis Pasien Isolasi Mandiri COVID-19
Advertisement