Menkes Ungkap Perbedaan Situasi Rumah Sakit di Masa Lonjakan COVID-19

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin menyampaikan keadaan rumah sakit dalam masa lonjakan COVID-19.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 02 Agu 2021, 17:00 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2021, 17:00 WIB
RSUD Cengkareng Dirikan Tenda Darurat untuk Pasien Covid-19
Kerabat dan pasien COVID-19 yang menunggu di tempat tidur untuk mendapatkan kamar perawatan di depan UGD RSUD Cengkareng, Jakarta, Kamis (24/6/2021). Akibat ruang IGD penuh, pihak rumah sakit lantas mendirikan tenda darurat untuk merawat pasien covid-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin menyampaikan keadaan rumah sakit dalam masa lonjakan COVID-19.

Menurutnya, angka kematian di rumah sakit akhir-akhir ini tinggi. Ditemukan pula perbedaan antara situasi di awal masa COVID-19 dengan situasi lonjakan baru-baru ini.

“Kita mengamati ada perbedaan dibandingkan yang sebelumnya, sebelumnya kematian itu terjadi rata-rata setelah 8 hari dirawat. Namun, sekarang rata-ratanya menjadi 4 hari, jadi lebih cepat,” kata Budi dalam konferensi pers Kemenkes, Senin (2/8/2021).

Simak Video Berikut Ini:

Perbedaan Lainnya

Budi juga mengamati perbedaan lain yang terjadi di rumah sakit terkait kematian pasien COVID-19.

“Kita juga lihat, dulu kematian di IGD itu hampir tidak ada, sedikit sekali. Orang datang masuk IGD, diperiksa, tunggu sebentar sampai ada kamar, masuk kamar, kondisinya memburuk masuk ICU.”

“Jadi memang dulu kebanyakan meninggalnya di ICU atau di kamar isolasi.”

Namun, lanjut Budi, dalam pengamatan 3 bulan terakhir justru kasus kematian di instalasi gawat darurat (IGD) tinggi. Hal ini membuat pasien lebih singkat berada di rumah sakit sebelum akhirnya meninggal.

Penyebab Meninggal di IGD

Melihat peningkatan jumlah pasien yang meninggal di IGD, Budi dan pihak Kemenkes melakukan penelitian terkait mengapa hal tersebut dapat terjadi.

“Kita menemukan, kita lihat pada saat pasien masuk (RS) saturasi oksigennya sudah sangat rendah sekali. Jadi banyak pasien yang saat masuk saturasinya sudah di bawah 90, padahal harusnya di bawah 94 saja sudah harus dikirim ke RS.”

Budi menyimpulkan, meningkatnya jumlah pasien meninggal di IGD disebabkan banyak pasien yang terlambat mendapatkan penanganan medis.

“Kita tanya ke banyak orang, kebanyakan mereka malu kalau mengakui sakit COVID-19. Jadi mereka memilih diam dan meminta dirawat keluarganya.”

Oleh karena itu, Budi akan melakukan sosialisasi yang lebih aktif dan agresif  salah satunya terkait saturasi oksigen.

“Kalau saturasi kita di atas 94 persen, InshaAllah bisa sembuh tanpa dirawat asal gaya hidupnya sehat, tapi kalau di bawah 94 persen harus segera dirujuk baik ke puskesmas, isolasi terpusat, atau rumah sakit,” tutupnya.

Infografis Perbandingan Vaksin COVID-19 Sinovac dengan AstraZeneca

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya