Kasus TBC yang Tercatat Kemenkes RI Lebih Sedikit dari Angka Sebenarnya?

Pemerintah terus menekan angka penularan penyakit Tuberkulosis atau TBC dan Tuberkulosis Resisten Obat (TBC RO).

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 14 Agu 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2021, 09:00 WIB
Ilustrasi tuberkulosis (TBC) (Liputan6.com/Yoshiro)
Ilustrasi tuberkulosis (TBC) (Liputan6.com/Yoshiro)

Liputan6.com, Jakarta - Di masa pandemi COVID-19, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) terus berupaya menekan angka penularan penyakit Tuberkulosis (TBC) dan Tuberkulosis Resisten Obat (TBC RO).

Hingga kini, Indonesia masih memiliki beban penyakit TBC tertinggi kedua di dunia. Setiap tahun, diperkirakan 845.000 orang di Indonesia jatuh sakit akibat mycobacterium tuberculosis, tapi hanya 67 persen atau 568.987 kasus TBC yang tercatat oleh Kemenkes pada 2019.

Kondisi TBC di Indonesia turut diperburuk oleh hadirnya pandemi COVID-19. Menurut Country Leader of Communication and Public Affairs, PT Johnson & Johnson Indonesia, Devy Yheanne, hadirnya pandemi global COVID-19 menjadi tantangan baru dalam upaya eliminasi TBC dan TBC RO di 2030.

Terpusatnya perhatian pemerintah dalam upaya merespons COVID-19 berdampak pada upaya eliminasi TBC dan TBC RO yang telah menjadi komitmen pemerintah sejak lama.

“Oleh karena itu, selama pandemi COVID-19, keberlangsungan pelayanan TBC dan TBC RO harus terus diupayakan dan tidak boleh diabaikan karena ada risiko pasien resisten obat dan dapat menularkan kepada sekitarnya,” kata Devy dalam keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, 13 Agustus 2021.

“Terlebih lagi, TBC berada di peringkat 10 besar penyakit penyerta pasien COVID-19,” Devy menambahkan.

Peran Masyarakat

Berdasarkan fakta tersebut, pelibatan masyarakat dalam pengendalian penyakit serta protokol pelayanan TBC dan TBC RO selama pandemi COVID-19 menjadi penting, lanjut Devy.

Menurutnya, masyarakat dapat berperan besar dalam upaya pencegahan penularan penyakit, penemuan kasus, dan pendampingan pengobatan bagi penderita pasien TBC dan TBC RO.

“Pasien juga harus terus menjalani pengobatan hingga sembuh agar tidak memperburuk kondisi kesehatan,” katanya.

Komitmen Pemerintah

Dalam keterangan yang sama, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid,  menyampaikan komitmen pemerintah.

Menurutnya, pemerintah berkomitmen untuk menjaga kesinambungan upaya eliminasi TBC dan TBC RO dalam masa pandemi COVID-19.

Untuk mewujudkan target eliminasi TBC pada 2030, masyarakat, utamanya generasi muda dan kelompok usia produktif, serta dunia industri, dapat berperan besar.

“Peran tersebut dapat diwujudkan lewat partisipasi aktif dalam mendukung pencegahan penularan penyakit, penemuan kasus, deteksi dini, dan pendampingan pengobatan bagi pasien TBC,” kata Nadia.

Guna keberhasilan upaya tersebut, Devy menyampaikan, Kemenkes didukung oleh PT Johnson & Johnson Indonesia meluncurkan kegiatan TOSS (Temukan Obati Sampai Sembuh) TBC Virtual Run & Ride 2021.

Kegiatan ini merupakan bagian dari kampanye sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia, terutama para generasi muda tentang penyakit TBC dan TBC RO.

Masyarakat Indonesia bisa mendaftarkan diri untuk berpartisipasi melalui situs www.ayotosstbc.com hingga 16 Agustus 2020. Adapun periode lari akan dimulai bertepatan dengan HUT RI pada tanggal 17 Agustus 2020 sampai dengan 31 Agustus 2021.

 

Infografis Hati-Hati, Ini 5 Gejala Batuk Akibat COVID-19

Infografis Hati-Hati, Ini 5 Gejala Batuk Akibat Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Hati-Hati, Ini 5 Gejala Batuk Akibat Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya