Perbedaan Gejala DBD dan COVID-19 pada Anak

Waspada gejala DBD dan COVID-19 pada anak yang memiliki kemiripian

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 28 Agu 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2021, 07:00 WIB
Perbedaan Gejala DBD dan COVID-19 pada Anak
Ilustrasi Perbedaan Gejala DBD dan COVID-19 pada Anak Credit: pexels.com/Sierra

Liputan6.com, Jakarta - Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Mulya Rahma Karyanti Sp.A(K) menjelaskan perbedaan gejala COVID-19 dan DBD pada anak.

Menurutnya, DBD dan COVID-19 dapat menimbulkan demam pada anak. Namun, demam dengue biasanya terjadi akut mendadak dan muka mengalami merah khas. Sedang, demam akibat COVID-19 tidak menimbulkan gejala muka merah.

Mulya menambahkan, gejala yang dominan pada demam dengue adalah demam kemudian sakit kepala. Sedang, gejala batuk pileknya lebih ringan dibanding pada COVID-19.

''Demam dengue di hari ketiga setelah gigitan nyamuk harus menjadi perhatian penting, karena secara umum demam dengue itu infeksi terjadi di hari ke-3 sampai hari ke-6, itu masuk fase kritis yang bisa rawan di mana bisa meninggal kalau tidak diberikan cairan obat yang cukup,'' katanya dalam konferensi pers ASEAN Dengue Day (10/6/2021).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Demam pada COVID-19

Demam pada COVID-19 bisa terjadi antara 5 sampai 7 hari disertai batuk pilek yang lebih dominan dan makin tambah sesak, serta saturasi oksigennya menurun, lanjut Mulya.

“Itu dianggap berat untuk kasus COVID-19 pada anak.”

Lebih lanjut ia menjelaskan fase demam dengue antara lain dari hari kesatu sampai hari ketiga adalah fase demam, kemudian fase kritis antara hari ke-3 sampai ke-6, kemudian fase penyembuhan dari fase setelah hari ke-6.

''Pada fase demam ini anak demam tinggi dan biasanya menjadi malas minum sehingga yang harus diperhatikan adalah harus dipantau minumnya jangan sampai anak dehidrasi,'' ucapnya.


Fase Kritis

Pada fase kritis demam dengue, di antara hari ke-3 sampai hari ke-6 terjadi kebocoran dari pembuluh darah yang bisa menyebabkan syok hipovolemik yang menyebabkan pembuluh darah bocor.

Kalau cairan obat yang diberikan kurang maka kemungkinan akan menyebabkan kematian. Setelah hari ke-6 masuk ke fase penyembuhan.

Berbeda pada kasus COVID-19, pada minggu pertama terjadi demam, kemudian menjelang akhir minggu pertama ini antara hari ke-5 sampai hari ke-7 mulai ada gejala-gejala respiratorik seperti sesak, batuk pilek. Di sinilah tanda-tanda biasanya makin berat.

''Pada infeksi dengue biasanya demam terjadi mendadak tinggi, namun setelah hari ketiga pada saat memasuki fase kritis yang harus diperhatikan adalah jangan sampai anak kekurangan cairan obat karena di fase inilah terjadi kebocoran pembuluh darah yang bisa menyebabkan kematian.”

“Sedangkan pada COVID-19 demam bisa tinggi tapi bisa disertai dengan batuk pilek dan bertambah sesak. Terutama masa kritisnya adalah pada akhir minggu pertama, di sinilah saturasi oksigen bisa menurun,'' tutup Mulya.

 


Infografis Virus Corona Berbahaya Vs DBD Mematikan

Infografis Virus Corona Berbahaya Vs DBD Mematikan. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Virus Corona Berbahaya Vs DBD Mematikan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya