Liputan6.com, Jakarta - Tak ada yang tahu manusia mana yang usianya lebih panjang atau lebih pendek. Itu semua masih misteri. Namun, dalam beberapa tahun terakhir penelitian menemukan cara yang bisa memprediksi siapa yang usianya lebih lama.
Penelitian baru menunjukkan ada satu indikator potensial yang dapat memprediksi berapa lama Anda akan hidup yakni dengan tes mata sederhana.
Baca Juga
Retina, selaput di bagian belakang mata yang berisi sel peka cahaya dan jaringan kecil pembuluh darah itu sangat penting untuk penglihatan. Ini juga bisa menjadi penentu berapa lama Anda akan hidup.
Advertisement
Seperti dilansir Eat This pada Senin, 24 Januari 2022, para ilmuwan sudah mengetahui bahwa sel-sel di retina memburuk seiring bertambahnya usia. Seiring bertambahnya usia, glukoma menjadi penyakit yang umum terjadi. Penyakit ini merusak sel-sel retina dan menyebabkannya mati.
Tetapi menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam British Journal of Ophthalmology, orang-orang yang retinanya 'lebih tua' dari usia sebenarnya lebih dekat dengan akhir hayatnya atau bisa dibilang orang ini lebih mungkin meninggal dalam dekade berikutnya.
"Retina menawarkan 'jendela' yang unik dan dapat diakses untuk mengevaluasi proses patologis yang mendasari penyakit vaskular sistemik dan neurologis yang terkait dengan meningkatnya risiko kematian," kata rekan penulis studi dari Pusat Penelitian Mata Australia, Dr. Mingguang He.
Mengapa Retina?
Retina mengandung jaringan pembuluh darah kecil yang penting untuk penglihatan. Dalam kondisi yang disebut retinopati, pembuluh darah yang lebih tua rusak dan yang baru terbentuk, berpotensi menyebabkan kebutaan.
Beberapa penelitian, termasuk yang baru ini, menunjukkan penyebab pembuluh darah juga mengukur kesehatan otak dan sistem peredaran darah secara keseluruhan.
"Temuan baru kami telah menentukan bahwa kesenjangan usia retina adalah prediktor independen dari peningkatan risiko kematian, terutama penyakit non-kardiovaskular / kematian non-kanker. Temuan ini menunjukkan bahwa usia retina mungkin menjadi biomarker penuaan yang signifikan secara klinis," kata para peneliti menulis.
Advertisement