Liputan6.com, Jakarta - Stetoskop identik dengan profesi dokter. Ternyata stetoskop itu muncul setelah seorang dokter mencoba mendengar jantung pasien dengan menggunakan gulungan kertas.
Kapan sebenarnya sejarah stetoskop tercipta?
Baca Juga
Stetoskop pertama itu ditemukan pada 1816. Alat ini menjadi cara baru bagi seorang dokter untuk mendengarkan suara dari dalam tubuh pasiennya.
Advertisement
Ini menjadi salah satu inovasi diagnostik yang paling penting dan paling sederhana dalam semua kedokteran. Stetoskop juga menjadi peralatan vital bagi dokter dan simbol abadi dari profesi dokter.
Seperti apa bentuk stetoskop pertama?
Dilansir buku Medicine The Definitive Ilustrated History, Steve Parker menjelaskan bahwa stetoskop pertama itu sedikit mirip dengan bentuk yang modernnya.
Penemuan ini bermula ketika pada awal abad ke-19, dokter Prancis René Laënnec menggunakan selembar kertas yang digulung untuk mendengarkan detak jantung seorang pasien wanita yang menderita penyakit jantung.
Pada saat itu, umumnya dokter akan menempatkan telinganya secara langsung di atas area yang ingin dokter periksa. Praktik ini disebut auskultasi (tindakan mendengarkan).
Namun, Laënnec merasa tidak pantas menempatkan wajahnya begitu dekat dengan pasien wanitanya, jadi dia berimprovisasi.
Advertisement
Memperbesar Suara Jantung
Laënnec mencoba menggunakan tabung kertas yang diletakkan di dada pasien wanitanya itu. Sehingga memperbesar suara jantung dan paru-parunya.
"Saya terkejut dan bersyukur mendengar detak jantungnya," kata Laënnec setelah menggunakan tabung kertas pada pasien wanitanya tahun 1816.
Laënnec yang juga terampil membubut kayu, lalu dia membuat alat dengan menggunakan tabung kayu berlubang dengan lubang di salah satu ujungnya. Ini untuk diletakkan di dekat telinga.
Di ujung lainnya, ada kerucut berbentuk corong untuk dilekatkan ke bagian tubuh yang ingin didengar.
Laënnec menyebut penemuannya itu sebagai stetoskop. Dalam kata Yunani artinya 'Saya melihat' dan 'dada'.
Mendiagnosa Penyakit
Dengan menggunakan stetoskop tersebut, Laënnec mendiagnosis banyak penyakit, seperti bronkitis, TBC, dan pneumonia.
Bahkan, lendir pada penderita asma diberi nama 'Laënnec's pearls', menggunakan namanya.
Laënnec kemudian menerbitkan temuannya di Traité de L'Auscultation médiate (A Treatise on the Diseases of the Chest) pada 1819.
Pada 1826, Laënnec sendiri didiagnosis menderita TBC oleh dokternya yang merupakan keponakannya Mériadec Laënnec, dengan menggunakan stetoskop.
Dan, penggunaan stetoskop semakin meluas. Pada tahun 1850-an para dokter sudah banyak yang menggunakan stetoskop.
Advertisement