Liputan6.com, Jakarta Masyarakat tampak ingin segera beralih dari situasi pandemi menuju endemi COVID-19. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan untuk memahami betul apa itu endemi.
WHO, mengatakan, ketika suatu penyakit masuk dalam kategori endemi itu berarti masih bisa menyebabkan kesakitan dan kematian.
Baca Juga
"Saya rasa kita perlu berhati-hati dalam menggunakan kata endemi," kata Direktur Eksekutif World Health Organization's Health Emergencies Programme, Mike Ryan pada 10 Maret 2022 kepada reporter.
Advertisement
Mike Ryan mengatakan bahwa ketika sudah masuk endemi berarti virus masih ada dengan tingkat penularan lebih rendah. Biasanya dalam bentuk penularan musiman atau peningkatan dalam bentuk musiman aau nerupa kejadian luar biasa dalam keadaan endemis.
Ia juga menegaskan ketika suatu penyakit menjadi endemi bukan berarti aman masih ada risiko kesakitan dan kematian seperti pada kasus malaria dan tuberkulosis serta HIV.
"Ingatlah pada beberapa penyakit infeksi seperti endemi HIV, endemi TBC dan endemi malaria yang tetap membunuh jutaan orang setiap tahunnya," tegas Ryan.
Melihat fakta akan penyakit endemi yang masih ada, Ryan mengaskan bahwa, "Tolong jangan mengartikan endemi sama dengan kondisi yang baik."
Maka dari itu Ryan mengatakan pada penyakit endemik maka perlu program pengendalian yang kuat untuk mengurangi angka infeksi, kesakitan dan kematian.
"Pandemi ke endemi itu hanya mengubah nama tapi tidak mengubah tantangan yang kita hadapi," tegasnya.
Menuju Endemi COVID-19
Ryan mengatakan saat nanti COVID-19 sudah menjadi penyakit endemi maka perlu kontrol berkelanjutan pada virus SARS-CoV-2. Lalu, perlindungan tetap diberikan pada mereka kelompok rentan termasuk lansia dan orang dengan komorbid.
"Kami membutuhkan sistem kesehatan yang kuat untuk menangani infeksi yang tidak bisa dicegah dan kita harus bisa. Dan, kita harus terus bia melakukan pengendalian infeksi itu," katanya.
Maka dari itu, salah satu hal yang bisa diupayakan adalah menurunkan tingkat kejadian penyakit dengan vaksinasi maksimal pada populasi kita. Harapannya tidak ada yang meninggal karena terinfeksi COVID-19 kata Ryan pada kesempatan World Economic Forum virtual pada Januari lalu.
Advertisement