Liputan6.com, Jakarta - Obat COVID-19 Paxlovid (kombinasi Nirmatrelvir dan Ritonavir) mampu melawan varian virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, termasuk Omicron. Paxlovid yang juga menjadi incaran Indonesia, dilaporkan dapat menghambat coronavirus lainnya, yakni SARS dan MERS.
Associate Professor dari Departemen Kimia Universiti Putra Malaysia, Bimo Ario Tejo menjelaskan, hasil uji klinis, obat COVID-19 Paxlovid 90 persen efektif mencegah rawat inap dan kematian pasien berisiko tinggi.
Advertisement
Baca Juga
"Obat ini efektif untuk semua varian virus Sars-CoV-2 karena sasarannya adalah enzim protease virus yang laju mutasinya jauh lebih rendah dibanding mutasi pada bagian spike virus SARS-CoV-2," jelas Bimo melalui pernyataan tertulis yang diterima Health Liputan6.com pada Minggu, 27 Maret 2022.
Paxlovid tersedia dalam bentuk blister berisi dua tablet Nirmatrelvir 150 mg dan satu tablet Ritonavir 100 mg. Nirmaltrevir berasal dari kandidat obat PF-00835231 yang dulu sempat dibuat oleh perusahaan farmasi Pfizer untuk mengatasi wabah SARS di tahun 2002. Tetapi proses produksi obat tersebut dihentikan karena wabah SARS berhasil dikendalikan dengan cepat.
Kandidat obat PF-00835231 baru dilirik kembali setelah munculnya COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang merupakan betacoronavirus--satu kelompok dengan virus penyebab wabah SARS 20 tahun lalu.
Tim peneliti Pfizer melakukan modifikasi terhadap kandidat obat PF-00835231 untuk meningkatkan efektivitasnya terhadap virus SARS-CoV-2. Hasil modifikasi tersebut diberi nama Nirmatrelvir (PF-07321332).
Efektivitas Paxlovid Sudah Teruji
Nirmatrelvir bekerja dengan menghambat enzim protease yang digunakan oleh virus SARS-CoV-2 untuk bereproduksi di dalam tubuh manusia. Hasilnya adalah perkembangan virus menjadi terhambat.
"Karena Nirmatrelvir memiliki kemungkinan terurai di dalam tubuh manusia (sehingga efektivitasnya berkurang), maka ditambahkan Ritonavir untuk menjaga kestabilan Nirmatrelvir supaya tidak mudah terurai,"Â Bimo Ario Tejo menerangkan.
Hasil uji klinis Paxlovid oleh Pfizer yang melibatkan 2.246 orang menunjukkan efektivitas 89 persen mengurangi risiko rawat inap dan kematian jika diberikan 3 hari setelah munculnya gejala atau 88 persen jika diberikan 5 hari setelah munculnya gejala COVID-19.
Selain itu, uji klinis Paxlovid yang turut mengikutsertakan populasi Asia juga telah teruji efektif. Komposisi uji klinis mencakup 72 persen populasi Kaukasia, 5 persen Afrika, dan 14 persen orang ras Asia.
Bimo mengingatkan, penggunaan Paxlovid tidak efektif untuk pasien COVID-19 bergejala berat dan sudah dirawat di rumah sakit. Obat ini juga harus diberikan segera setelah terindikasi positif COVID-19, sebaiknya dalam rentang waktu 5 hari setelah munculnya gejala, dan tidak bisa digunakan lebih dari 5 hari berturut-turut.
Advertisement