Menkes Sebut Puncak BA.4 dan BA.5 Capai 20 Ribu Kasus per Hari

Puncak kasus BA.4 dan BA.5 sepertiga dari puncak kasus COVID-19 varian Omicron atau Delta sebelumnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jun 2022, 17:07 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2022, 12:35 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin update Omicron dari Istana Kepresidenan Jakarta, Senin, 3 Januari 2022. (Tangkapan Layar YouTube Perekonomian RI)
Menkes Budi Gunadi Sadikin tentang BA.4 dan BA.5 serta puncak kasusnya. (Tangkapan Layar YouTube Perekonomian RI)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan puncak kasus dari subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 mencapai maksimal 20 ribu dalam sehari. Prediksi tersebut berkaca pada kenaikan kasus di negara lain.

"Estimasi dari data di Afrika Selatan, puncak kasusnya mungkin sekitar 20 ribu per hari," kata Budi Gunadi Sadikin di sela acara Penyambutan Kenegaraan Presiden Republik Federal Jerman, di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis, 16 Juni 2022.

Berkaca dari Afrika Selatan sebagai negara pertama teridentifikasi BA.4 dan BA.5, di sana puncak kasus sepertiga dari puncak kasus COVID-19 varian Omicron atau Delta sebelumnya.

Jika pada saat puncak varian Delta dan Omicron sebelumnya di Indonesia terjadi 60.000 kasus per hari, maka diperkirakan puncak Omicron varian baru BA.4 dan BA.5 akan mencapai 20.000-25.000 kasus per hari.

Dia mengatakan puncak kasus biasanya terjadi satu bulan setelah kasus pertama teridentifikasi. Maka, diperkirakan puncak kasus BA.4 dan BA.5 di Indonesia kemungkinan terjadi pada pekan ketiga dan keempat Juli 2022. Sesudah itu kasus akan menurun kembali. 

"Setelahnya akan turun kembali ," jelas Budi mengutip Antara.

Dalam dua hari terakhir memang terjadi peningkatan kasus harian COVID-19 secara siginifikan di Indonesia dibandingkan hari-hari sebelumnya. Pada, Selasa 14 Juni 2022 930 kasus COVID-19 teridentifikasi. Lalu, pada Rabu menjadi 1.242 temuan kasus COVID-19 per hari.

 

BA.4 dan BA.5 Biang Kerok Kasus Naik

FOTO: Peralihan Pandemi Menuju Endemi
Aktivitas warga di kawasan Blok-M, Jakarta, Senin (14/3/2022). Menurut Jubir Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro, peralihan pandemi ke endemi tak bisa lepas dari jumlah kasus harian dan angka kematian rendah serta tingkat keterisian RS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Banyak yang menduga kenaikan kasus yang terjadi akhir-akhir ini akibat libur Lebaran. Namun, Budii mengatkaan kenaikan kasus akhir-akhir ini terjadi karena adanya varian baru yakni BA.4 dan BA.5.

"Confirm, dipicu oleh varian baru. Ini juga terjadi di negara lain," kata Budi usai Rapat Terbatas pada Senin, 13 Juni 2022.

Beberapa negara yang sudah kemasukan BA.4 dan BA.5 juga melaporkan kenaikan kasus seperti disampaikan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di kesempatan yang sama.

Airlangga menyebut Australia dalam sehari bisa mencapai 16 ribuan, India 8.500, Singapura 3.100, Thailand 2.400 dan Malaysia 1.700.

Di kesempatan ini, Budi juga mengatakan bahwa kasus akibat subvarian ini adalah sepertiga kasus Delta dan Omicron. Lalu, tingkat hospitalisasi sekitar sepertiga dari kasus Delta dan Omicron. Angka kematian sekitar 1/10 dari kasus kematian dari gelombang Delta dan Omicron.

"Jadi, memang BA.4 dan BA.5 menyebabkan kenaikan kasus di beberapa negara dunia tapi puncak dari kenaikan kasus, hospitalisasi dan kematian jauh lebih rendah dari Omicron awa-awal-awal," kata Budi.

 

Karakteristik BA.4 dan BA.5

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Muhammad Syahril mengatakan BA.4 dan BA.5 memiliki karakter yang menyebar cepat tapi tingkat fatalitas lebih rendah.

"Penyebarannya cepat ya tapi tidak tingkat keparahannya tidak berat. Lebih ringan dari Omicron yang terdahulu, yang kita tahu Omicron awal-awal itu lebih ringan dari Delta," kata Syahril kepada wartawan pada Jumat, 10 Juni 2022.

Syahril mengingatkan bahwa dua subvarian ini bisa menyelinap atau lolos dari perlindungan yang diberikan lewat vaksinasi maupun kekebalan alami.

"Yang mungkin perlu kita waspadai yaitu immune escape."

"Artinya, subvarian ini menghindari dari imunitas seseorang, memiliki kemungkinan bisa menghindar, lolos dari perlindungan kekebalan yang sudah ada baik pada mereka yang sudah divaksinasi maupun yang dapat kekebalan alamiah. Itu kenapa penyebarannya cepat ya," kata Syahril yang juga dokter spesialis paru itu.

Mewarisi Sifat Omicron Awal dan Delta

Ahli epidemiologi Dicky Budiman mengatakan BA.4 dan BA.5 adalah subvarian Omicron, jadi masih bagian dari Omicron walaupun karakternya sudah sangat berbeda dari BA.1 dan BA.2.

“BA.4 atau khususnya BA.5 ini dia memiliki karakter yang merupakan kombinasi antara kecepatan menginfeksi yang dia warisi dari Omicron leluhurnya.”

“Dan dia mengadopsi juga mutasi dari Delta L452 yang membuat dia mudah terikat di receptor ACE2 dan mudah masuk ke dalam sel tubuh manusia untuk menginfeksi dan akhirnya mudah untuk bereplikasi di paru,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com.

Ini yang membuat sebagian gejala orang yang terinfeksi BA.4 dan BA.5 khususnya yang belum divaksinasi lengkap terlihat hampir mirip dengan gejala Delta.

“Misalnya hilang penciuman, rasa lelah, dan pada kasus yang berat bisa seperti Delta, harus dibawa ke rumah sakit, ini merujuk data di Portugal.”

Infografis Waspada Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Terdeteksi di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Waspada Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Terdeteksi di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya