WHO Geram Testing Rendah, Banyak Negara Alami Kenaikan Kasus COVID-19

Pemimpin Teknis WHO, Dr Maria Van Kerkhove geram angka testing COVID-19 alami penurunan.

oleh Diviya Agatha diperbarui 16 Jun 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2022, 19:00 WIB
Maria van Kerkhove WHO
Maria van Kerkhove (kanan), pemimpin teknis untuk Program Kedaruratan Kesehatan WHO. (Xinhua/Chen Junxia)

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini, berbagai negara di dunia sedang mengalami kenaikan kasus COVID-19. Biang keroknya diperkirakan adalah subvarian Omicron terbaru BA.4 dan BA.5.

Diketahui, dua varian Omicron baru tersebut memiliki tingkat keparahan yang lebih rendah, namun dapat menyebar lebih cepat dari varian sebelumnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, pemimpin teknis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Maria Van Kerkhove pun geram karena angka testing COVID-19 mengalami penurunan.

"Virus ini beredar pada tingkat yang cukup intens dalam tiga tahun menjadi pandemi," ujar Maria dalam konferensi pers WHO ditulis Kamis, (16/6/2022).

"Dan tanpa testing, tanpa sequencing, tanpa kesehatan masyarakat yang terukur, kita benar-benar bermain api karena kita tahu bahwa virus ini terus berkembang," Maria menegaskan.

Maria mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan 13 persen kasus di Amerika Serikat, 58 persen kasus di wilayah Mediterania Timur, dan 33 persen di Asia Tenggara.

"Jadi, ini masih jauh dari selesai," kata Maria.

Lebih lanjut Maria juga mengingatkan soal angka kematian yang masih tinggi hingga saat ini. Pekan lalu, 8.737 jiwa dinyatakan meninggal dunia akibat COVID-19.

"Penting untuk kita tetap mengambil langkah untuk menjaga diri kita agar tetap aman dan mengurangi peredaran virus ini dengan pedoman kesehatan yang sudah terbukti: menjaga jarak dan masker, serta menggunakan tes secara tepat," ujar Maria.

"Kita masih harus bisa melacak virusnya. Kita perlu melacak trennya dalam kelompok berisiko. Kita perlu menelusuri tren Variants of Concern (VoC) yang beredar, Variants of Concern yang juga mungkin muncul," sambungnya.

Omicron Jadi Varian Dominan di Dunia

Dalam kesempatan yang sama, Maria juga mengungkapkan bahwa saat ini Omicron BA.2 masih menjadi varian yang dominan di seluruh dunia. Namun peningkatan kasus Omicron baru yakni BA.4 dan BA.5 juga sedang terjadi.

Kabar baiknya, Maria menyampaikan, vaksin masih akan tetap efektif untuk mencegah seseorang agar tidak tertular COVID-19.

"Kabar baiknya vaksin masih terus bekerja, vaksin ini didasari oleh strain utamanya, yang mana secara signifikan dapat mengurangi rawat inap, masuk ke ICU, dan kematian," kata Maria.

Menurut Maria, masyarakat masih harus terus berjuang untuk melawan COVID-19 bersama-sama. Terlebih saat ini masyarakat masih memiliki banyak pilihan untuk dapat melindungi diri.

Seperti dengan menggunakan masker, jaga jarak, menghindari kerumunan, dan tetap melakukan testing.

"Ketahui apa risiko Anda, di mana Anda tinggal, dan ke mana Anda akan pergi dan mengambil tindakan untuk menurunkan risiko," ujar Maria.

"Kami tidak mengatakan untuk berhenti bepergian atau berhenti bersosialisasi. Tapi lakukanlah seaman mungkin dengan cara-cara yang memang ada saat ini," sambungnya.

Picu Kenaikan Kasus

Di Indonesia sendiri, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 memang memicu kenaikan kasus. Hal tersebut juga telah dikonfirmasi oleh Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin.

Menurutnya, banyak yang mengira kenaikan kasus tersebut dipicu oleh libur Lebaran sebelumnya. Padahal, kenaikan kasus harian COVID-19 yang terjadi belakangan sebenarnya disebabkan oleh subvarian Omicron terbaru yakni BA.4 dan BA.5.

"Confirm, dipicu oleh varian baru. Ini juga terjadi di negara lain," ujar pria yang akrab disapa BGS tersebut usai Rapat Terbatas pada Senin, 13 Juni 2022.

Omicron BA.4 dan BA.5 sudah terdeteksi di Indonesia sejak akhir Mei di provinsi Bali. Hingga kini, sudah 20 orang terdeteksi dengan dua varian baru Omicron tersebut.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr Mohammad Syahril pun mengungkapkan bahwa 20 orang tersebut telah selesai isolasi mandiri dan telah dinyatakan sembuh.

"Semuanya saat ini sudah selesai isolasi mandirinya dan dinyatakan sembuh. Rata-rata semuanya bergejala ringan," ujar Syahril dalam konferensi pers, Kamis (16/6/2022).

Jaga Diri Jadi Tanggung Jawab Pribadi

Sebelumnya, aturan lepas masker juga telah dibuat dengan bersyarat dimana kelompok yang diizinkan untuk lepas masker hanyalah yang sehat dan bukan populasi rentan.

Sehingga menurut Syahril, pengetatan yang dilakukan untuk merespons masuknya Omicron BA.4 dan BA.5 juga sebenarnya bergantung pada masing-masing individu itu sendiri.

"Pengetatan ini sebetulnya kita kembalikan ke pribadi masing-masing. Bapak Presiden sudah mengatakan tetap kalau di ruangan tertutup kemudian dengan banyaknya kerumunan dan orang maka masker ini menjadi kewajiban juga untuk kita semua," ujar Syahril dalam konferensi pers pada Jumat, 10 Juni 2022.

"Termasuk untuk orang yang sedang sakit, orang-orang yang berisiko tinggi, usia lanjut, dan punya komorbid itu diharapkan masker masih tetap dianjurkan karena kita masih suasana pandemi," Syahril menuturkan.

Tak hanya itu, Syahril juga mengingatkan soal protokol kesehatan lainnya yang masih terus dapat dilakukan.

"Protokol kesehatan yang lain seperti cuci tangan dan menghindari kerumunan, ini harus tetap kita lakukan dan patuhi sebagai upaya hidup sehat,"

"Dengan disiplin bersama ini kita semua dapat menjaga diri masing-masing maupun masyarakat hingga kita terhindar bukan hanya dari COVID-19 tapi dari semua penyakit," kata Syahril.

Infografis Waspada Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Terdeteksi di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Waspada Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Terdeteksi di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya