Gen Dapat Pengaruhi Pilihan Makanan

Gen dan makanan dapat mencegah dari penyakit jantung

oleh Melly Febrida diperbarui 27 Jun 2022, 08:00 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2022, 08:00 WIB
Memperbaiki Pola Makan
Ilustrasi Pola Makan Sehat Credit: freepik.com

Liputan6.com, Jakarta - Gen dalam diri seseorang ternyata berhubungan dengan rasa. Genetika dapat memengaruhi kebiasaan makan dan risiko penyakit terkait diet tertentu.

Maksudnya adalah gen dapat berperan dalam memilih makanan serta risiko penyakit jantung dan metabolisme tertentu.

Peserta yang memiliki gen rasa pahit yang lebuh kuat akan mengonsumsi lebih sedikit makanan yang terasa pahit, seperti pada sayuran maupun alkohol.

Secara khusus, gen yang menentukan seberapa kuat seseorang dapat merasakan rasa pahit dan gurih dapat memengaruhi kualitas dietnya secara keseluruhan, sedangkan gen yang terkait dengan rasa manis lebih penting bagi kesehatan jantung dan metabolisme.

Julie E. Gervis, MS, kandidat PhD dalam biokimia dan nutrisi molekuler di Universitas Tufts, mempresentasikan temuan awal dari studi baru di konferensi American Society for Nutrition.

“Kami tahu banyak orang berjuang untuk membuat pilihan makanan sehat, tetapi kami juga tahu bahwa banyak orang tidak tahu mengapa mereka kesulitan,” kata Gervis seperti dikutip dari Verywell Health pada Senin, 27 Juni 2022. 

Gervis dan timnya memulai dengan mengidentifikasi varian genetik untuk lima rasa --- pahit, manis, umami, asin, dan asam.

Para peneliti kemudian membuat 'skor rasa poligenik' untuk menentukan tingkat persepsi untuk setiap rasa. Skor yang lebih tinggi sama dengan rasa yang lebih kuat dari rasa itu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Rasa dan Penyakit

Memicu Risiko Penyakit Jantung dan Stroke
Ilustrasi Serangan Jantung Credit: freepik.com

Peneliti tersebut menemukan bahwa skor rasa pahit yang tinggi dikaitkan dengan mengonsumsi lebih sedikit makanan yang terasa pahit, seperti biji-bijian, alkohol, dan sayuran seperti brokoli, kangkung.

Namun, para peneliti tidak mengukur apakah skor yang lebih tinggi dalam rasa tertentu mewakili keengganan.

Secara teori, jika seseorang tidak menyukai sayuran pahit, ahli diet dapat menyarankan alternatif yang lebih manis seperti butternut squash dan jagung, 

"Memahami mengapa Anda membuat pilihan makanan akan lebih memberdayakan untuk perubahan perilaku daripada hanya memahami pilihan makanan apa yang harus Anda buat," kata Gervis.

Menurut Gervis, sangat penting untuk mengkarakterisasi bagaimana rasa berhubungan dengan diet.

"Begitu kita memahami lebih luas, saat itulah kita dapat mulai membuat kesimpulan yang lebih luas untuk kemudian membuat rekomendasi spesifik," ujar Gervis.

Infografis jantung kemkes
Infografis jantung kemkes
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya