Indonesia Promosi Tanaman Obat di Ajang G20 Health Minister Meeting

Kesempatan G20 HMM juga digunakan Indonesia mempromosikan keanekaragaman hayati yang banyak tesebar di seluruh Tanah Air. Diantaranya adalah tanaman obat seperti kunyit, sirih, kapulaga, jahe, centella, kelor, dan lainnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Okt 2022, 07:00 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2022, 07:00 WIB
Selain menjadi bumbu dapur, jahe pun punya khasiat lain untuk kecantikan
Ilustrasi jahe. (pixabay.com/Couleur).

Liputan6.com, Jakarta - G20 Health Minister Meeting (HMM) resmi dibuka oleh Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin di Bali pada Kamis, 27 Oktober 2022 pekan lalu. Acara tersebut diikuti oleh 190 delegasi dari negara-negara anggota G20 serta negara maju lainnya yang mewakili regional seperti ASEAN, Pacific Island Forum, African Union, Caribbean Community dan NEPAD. Demikian pula dengan organisasi internasional seperti WHO, World Bank, GAVI, CEPI, Global Fund, serta OECD.

Kesempatan tersebut juga digunakan Indonesia mempromosikan keanekaragaman hayati yang banyak tesebar di seluruh Tanah Air. Diantaranya adalah tanaman obat seperti kunyit, sirih, kapulaga, jahe, centella, kelor, dan lainnya.

Bertajuk Biodiversity Tradisional Medicine Indonesia, pameran berlangsung selama kegiatan 2nd HMM hingga Jumat (28/10). Pameran ini ingin mengangkat tanaman obat Indonesia yang sudah lama digunakan sebagai obat dalam bentuk simplisia, jamu dan fitofarmaka.

Keaneka ragaman tanaman obat yang dimiliki Indonesia tentunya perlu disosialisasikan dan diangkat dalam berbagai perhelatan internasional. Harapannya, masyarakat global setidaknya negara G20 terpapar dan mengetahui berbagai manfaat tanaman obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia.

Pameran ini mengekspos tanaman obat yang sudah dilakukan penelitian dan terbukti berkhasiat dalam pengobatan tradisional. Diikuti oleh unit terkait di Kemenkes seperti Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Direktorat Jenderal (Ditjen) Farmasi dan Alat Kesehatan yang mengangkat Bude Jamu, Ditjen Kesehatan Masyarakat, Pusat Data dan Informasi serta Digital Transformation Office (Pusdatin-DTO).

Kemudian ada perusahaan jamu, BUMN, swasta dan UMKM yang bergerak dalam bidang pemanfaatan tanaman obat tradisional turut menyemarakkan acara ini.

Peserta pameran antara lain Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali, PT. Sido Muncul, PT. Indofarma, PT. Biofarma dan Kimia Farma Holding Pharmacy serta Tirta Ayu Spa, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu (B2P2TOOT) selain hadir dari unit Kemenkes lainnya. 

 

 

 

KenalkanTanaman Obat pada Internasional

Akhmad Saikhu Kepala B2P2TOOT mengungkapkan keikutsertaan lembaganya dalam pameran ini adalah untuk mengenalkan kekayaan tanaman obat pada dunia internasional termasuk manfaatnya yang diharapkan dapat dikembangkan ke arah riset khasiat tanaman obat dan pengembangan kesehatan masyarakat.

“Tanaman obat yang dipamerkan dari B2P2TOOT memiliki khasiat dan manfaat,” ungkap Akhmad Saikhu. Tanaman obat dikemas menjadi souvenir dan diberikan secara gratis kepada delegasi G20 yang hadir.

Akhmad Saikhu berharap agar negara-negara G20 tertarik dan ikut mengembangkan tanaman obat asli Indonesia. Menurutnya ada tiga kelompok tanaman obat yaitu jamu, Obat Herbal Terstandar (Scientific Based Herbal Medicine), dan Fitofarmaka (Clinical Based Herbal Medicine).

Jamu dan Obat Herbal Terstandar

Jamu telah digunakan secara turun-menurun selama ribuan tahun dan telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.

Obat Herbal Terstandar merupakan obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau sari bahan alam berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Proses produksi sudah dengan teknologi maju.

Kelompok ini telah ada pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti adanya standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis

Fitofarmaka dan Kokedama

Kemudian Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia.

Penanggungjawab stand B2P2TOOT dr Peristiwan Widi Astana menyampaikan, koleksi tanaman obat yang ditampilkan dikemas dalam bentuk kokedama yakni tanaman obat yang dibentuk menjadi hiasan. Ada juga simplisia yang dibuat menjadi souvenir menarik.

Salah satu tanaman obat yang dihias adalah kayu ules. Kayu ules secara empiris bermanfaat untuk antipiretik dan antioksidan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya