Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memperkenalkan 4 tanaman obat dalam Pertemuan 2nd Health Minister Meeting (HMM) yang merupakan rangkaian dari kegiatan Presidensi G20. Unique repository of Indonesian plants (URIP) dijadikan suvenir bagi para delegasi G20.
Suvenir berbentuk kotak yang berisi Anyang-anyang (Elaeocarpus grandiflorus Sm.), Kecipir (Psophocarpus letragonolobus (L) DC), Kayu Ules (Helicteres Isora L.), dan Jagung jali (Coix lacryma jobi L.) ini akan dibagikan secara gratis untuk delegasi G20.
Baca Juga
"Jadi kami mempromosikan tanaman obat di Indonesia melalui kreasi kesenian dalam bentuk suvenir," kata Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu (B2P2TOOT) Akhmad Syaikhu, kepada Tim Komunikasi dan Media G20, Kamis, (10/11/2022).
Advertisement
Keempat obat tersebut merupakan jenis tanaman obat hasil penelitian B2P2TOOT. Syaikhu menjelaskan, anyang-anyang secara empiris digunakan sebagai antidiabetes dan disentri. Kecipir dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh terhadap banyak infeksi, dan dikenal untuk membantu dalam pencegahan kanker, diabetes, dan asma.
Sedangkan kayu ules secara empiris digunakan sebagai antipiretik dan antioksidan. Lalu biji jagung jali membantu menghambat pertumbuhan sel kanker dan meningkatkan fungsi hormonal.
Indonesia merupakan rumah bagi 80 persen tanaman obat di dunia, menurut data IPB. Tercatat ada sekitar 25.000 hingga 30.000 jenis tanaman yang berpotensi menjadi tanaman obat.
Selain untuk menarik perhatian delegasi G20, suvenir ini menjadi cara untuk mengenalkan manfaat tanaman obat yang sudah lama digunakan masyarakat Indonesia sebagai obat dalam bentuk simplisia, jamu, dan fitofarmaka.
Arsitektur Kesehatan Global
Arsitektur kesehatan global menjadi salah satu isu prioritas yang diusung Pemerintah Indonesia dalam Presidensi G20 2022. Dua isu utama lainnya adalah transisi energi terbarukan dan berkelanjutan serta isu transformasi digital.
Dalam hal arsitektur kesehatan global, pengembangan dan pemanfaatan tanaman obat dan obat tradisional berjalan seiring dengan program pemerintah. Dan itu menjadi bagian dari ketahanan obat nasional.
"Bahan baku obat di Indonesia ini banyak sekali didatangkan atau diimpor dari luar negeri. Ini juga kurang bagus. Yang bagus adalah kita bisa secara mandiri bisa mempersiapkan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Ya didalam rangka menghadapi pandemi, kemudian untuk menutupi kebutuhan bangsa dan sebagainya," terang Syaikhu.
Harapannya, tanaman obat dan obat tradisional Indonesia memberikan kontribusi terhadap isu kesehatan global dan mengundang negara lain ikut serta dalam pengembangan tanaman obat dan obat tradisional.
“Sudah banyak yang menanyakan dari India, Arab, Brasil, Korea Selatan, dan sejumlah negara Eropa, menanyakan bagaimana mendapatkan produk tersebut. Ini kan masih bahan ya, jadi ditanyakan produknya apa saja dan lain sebagainya,” kata Syaikhu.
Advertisement
Tentang 2nd HMM
Pertemuan 2nd HMM yang dilaksanakan selama dua hari diikuti oleh 190 delegasi dari negara anggota G20 dan negara maju lain, seperti Singapura, Uni Emirates Arab, Swiss, Belanda, dan perwakilan dari beberapa negara mewakili regional seperti ASEAN, PacificIsland Forum, African Union, Caribbean Community, dan NEPAD. Sejumlah organisasi internasional seperti WHO, World Bank, GAVI, CEPI, Global Fund, dan OECD juga hadir dalam acara tersebut.
Puncak acara, yakni Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, akan berlangsung di Nusa Dua, Bali, pada 15-16 November mendatang.
Gelaran G20, lanjut Syaikhu, menjadi kesempatan baik bagi Indonesia untuk memperkenalkan tanaman obat dan obat tradisional khas negeri ini. Itulah sebabnya, pada side event wellness and tourism pada 14 November mendatang pun, lebih dari 50 mitra akan ikut mempromosikan produk berbahan baku tanaman obat tradisional.
Mitra yang akan hadir termasuk pelaku industri obat tradisional, kecantikan dan spa, serta organisasi profesi di bidang pengobatan tradisional.
(Adelina Wahyu Martanti)