Liputan6.com, Jakarta Reformasi sistem kesehatan yang saat ini dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) diakui Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin memang dapat membuat tak nyaman. Reformasi yang dimaksud adalah transformasi sistem kesehatan.
Walau begitu, situasi pandemi COVID-19 global membuat seluruh negara di dunia bergerak maju untuk memperbaiki sistem kesehatan masing-masing. Belajar dari awal pandemi melanda, sistem kesehatan nyaris kolaps di tengah keterbatasan akses dan ketersediaan alat kesehatan.
Baca Juga
"Reform (reformasi) itu pasti painful (menyakitkan), pasti tidak nyaman untuk yang sekarang ada di sini. Tapi semua reform di Indonesia, hasilnya selalu jauh lebih baik," ucap Budi Gunadi usai acara 'Pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan Pejabat Fungsional Ahli Utama' di Gedung Kemenkes RI Jakarta pada Kamis, 8 Desember 2022.
Advertisement
Kilas balik, Budi Gunadi menuturkan pengalamannya selama puluhan tahun bergelut sebagai bankir. Krisis keuangan yang melanda Indonesia tahun 1998 menjadi dasar terjadi transformasi sistem perbankan.
Pada waktu itu, perubahan drastis di sektor perbankan dirasakan Menkes Budi Gunadi sangat tidak nyaman.
"Saya pernah di perbankan, tahun 1998 ada krisis. Begitu ada krisis, waduh, benar-benar terjadi perombakan besar-besaran di sistem perbankan kita. Saya sebagai bankir waktu itu merasa sangat tidak nyaman ya," tuturnya.
"Painful juga karena saya sebagai bankir merasakan itu perubahan sangat drastis di sektor perbankan Indonesia."
Sistem Kesehatan Jauh dari Baik
Selepas tahun 1998, krisis keuangan kembali terjadi pada 2008. Di tengah krisis tersebut, situasi perbankan di Indonesia termasuk tidak begitu terpengaruh dan terkendali.
"Nah, 10 tahun kemudian, saat krisis dunia lebih besar di 2008, perbankan di Indonesia enggak apa-apa, karena kita sudah lakukan merger reform tahun 1998 yang menyakitkan bagi para bankir termasuk saya," Menkes Budi Gunadi Sadikin melanjutkan.
"Jadi, itu yang saya suka share (bagikan) ke teman-teman kesehatan. Bahwa sudah kelihatan lah pandemi ini, sistem kesehatan kita jauh dari baik. Jadi kalau ada yang bilang bagus, sempurna ya jauhlah."
Diterangkan Menkes Budi Gunadi, sistem kesehatan global saat dilanda pandemi COVID-19 juga jauh dari baik, bahkan negara maju turut dibuat 'kaget' dengan peningkatan kasus COVID-19.
Demi membangun sistem kesehatan lebih baik, situasi pandemi COVID-19 adalah waktu tepat untuk melakukan reformasi di sektor kesehatan.
"Hampir seluruh dunia kok, sistem kesehatan global jauh dari yang seharusnya. Nah, itu kita harus reform. Kalau kita mau berpikir jangka panjang, mau meninggalkan warisan sistem kesehatan yang lebih baik untuk anak kita dan generasi sesudah kita, ya kita lakukan reform ini dengan sebaik-baiknya," tutur Budi Gunadi.
"Karena kesempatannya adalah saat ini."
Advertisement
Transformasi Kesehatan untuk Masa Depan
Pada kesempatan sebelumnya, Menkes Budi Gunadi Sadikin membeberkan sejumlah strategi transformasi sistem kesehatan nasional. Reformasi sistem kesehatan nasional adalah salah satu tugas yang diberikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada dirinya.
"Waktu saya tanya maksud Bapak (Jokowi) apa, beliau merasa bahwa adanya pandemi ini, tidak hanya Indonesia, di seluruh dunia, kelihatan bahwa sistem kesehatan kita nasional itu lemah," katanya dalam diskusi, Minggu (27/11/2022) malam.
"Sehingga kita harus melakukan transformasi yang sifatnya masif dan mendasar untuk masa depan," imbuhnya.
Sistem kesehatan nasional bisa dikatakan masih kurang sehingga perlu dilakukan reformasi di sejumlah bidang. Pertama, transformasi layanan primer. Indonesia masih agak tertinggal, padahal upaya menjaga agar orang tetap sehat semestinya menjadi fokus.
Kedua, transformasi layanan rujukan atau rumah sakit. Ketiga, transformasi sistem ketahanan kesehatan terkait obat, vaksin hingga tenaga kesehatan cadangan.
"Sehingga kalau ada pandemi lagi, kalau ada bencana kesehatan besar, negara kita kuat, karena kita kan penduduknya banyak," terang Budi Gunadi.
Keempat, transformasi sistem pembiayaan kesehatan. Kelima, transformasi SDM kesehatan. Keenam adalah transformasi teknologi kesehatan.
Penguatan RS Rujukan
Kementerian Kesehatan melakukan berbagai upaya percepatan pencapaian target kesehatan melalui program transformasi kesehatan.
Transformasi kesehatan terdiri dari 6 pilar, yaitu transformasi pelayanan primer, transformasi pelayanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi pembiayaan kesehatan, transformasi Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan.
Secara khusus, pada pilar transformasi layanan rujukan, peningkatan akses dan kualitas layanan rumah sakit dilakukan melalui pengembangan jaringan rumah sakit rujukan, transformasi layanan rumah sakit vertikal, kerjasama dengan institusi global, dan implementasi Academic Health System.
Rumah sakit jaringan rujukan juga dikembangkan untuk melayani 9 jenis penyakit prioritas dengan angka kesakitan dan kematian tertinggi secara nasional. Kesembilan penyakit, yakni penyakit jantung, kanker, diabetes melitus, penyakit ginjal, penyakit hati, stroke, tuberkulosis, penyakit menular, serta kesehatan ibu dan anak.
Proyek penguatan rumah sakit rujukan nasional dan unit teknis vertikal merupakan proyek multiyears yang akan dimulai pada tahun 2022. Pembangunan gedung di enam rumah sakit akan selesai pada tahun 2024 dan proyek akan berakhir pada tahun 2026.
Advertisement